Kamis, 10 Desember 2009

PENDIDIKAN ANAK MENURUT AL QUR'AN 03 September 2009 Ingatlah ketika Luqman berkata kepada anaknya pada waktu ia memberi pelajaran kepadanya, “Anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, karena sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezaliman yang besar.” Kami memerintahkan kepada manusia untuk berbuat baik kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah lemah dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada ibu-bapakmu. Hanya kepada-Kulah kembalimu. Jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, janganlah kamu mengikuti keduanya; pergaulilah keduanya di dunia dengan baik dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Ku-beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. Luqman berkata, “Anakku, sesungguhnya jika ada suatu perbuatan seberat biji sawi dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (balasannya). Sesungguhnya Allah Mahalalus lagi Mahatahu. Anakku, dirikanlah shalat, suruhlah manusia mengerjakan yang baik dan cegahlah mereka dari perbuatan yang munggkar, serta bersabarlah atas apa saja yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan oleh Allah. Janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. Sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai. (QS Luqman [31]: 13-19). Tafsir Ayat Rangkaian beberapa ayat di atas berbicara tentang nasihat Luqman kepada putranya yang dimulai dari peringatan terhadap perbuatan syirik (ayat 13). Imam ash Shobuni1 menafsirkan lâ tusyrik billâh dengan menyatakan, “Jadilah orang yang berakal; jangan mempersekutukan Allah dengan apa pun, apakah itu manusia, patung, ataupun anak.” Beliau menafsirkan inna asy-syirka lazhulm[un] ‘azhîm dengan menyatakan, “Perbuatan syirik merupakan sesuatu yang buruk dan tindak kezhaliman yang nyata. Karena itu, siapa saja yang menyerupakan antara Khalik dengan makhluk, tanpa ragu-ragu, orang tersebut bisa dipastikan masuk ke dalam golongan manusia yang paling bodoh. Sebab, perbuatan syirik menjauhkan seseorang dari akal sehat dan hikmah sehingga pantas digolongkan ke dalam sifat zalim; bahkan pantas disetarakan dengan binatang.” Sementara itu, Ibn Abbas2 menafsirkan lazhulm[un] ‘azhîm sebagai dosa besar yang kelak akan mendapatkan sanksi dari Allah. Dua ayat berikutnya (14 dan 15) menjelaskan bahwa manusia diperintahkan untuk berbuat baik kepada kedua orang tuanya sebagai wujud rasa syukur atas pemeliharaan keduanya, terutama ibu. Dia telah mengandungnya sejak janin di dalam kandungan; setiap bertambah usia dan besar janin, semakin bertambah lemahlah dia dan semakin bertambah sulit pula (untuk bergerak). Demikian pula ketika melahirkan, seorang ibu dengan susah-payah mengeluarkan bayinya dari rahimnya. Setelah itu, ibu menyusui bayinya selama dua tahun. Ibn Jaza3 menafsirkan: Ungkapan hamalathu ummuhu wahn[an] ‘alâ wahnin wa fishâluhu fî ‘âmayni adalah untuk menjelaskan bahwa hak ibu lebih besar daripada bapak. Akan tetapi, rasa syukur kepada Allah harus di atas segalanya. Sebab, kepada-Nya- lah tempat kembali seseorang, termasuk kedua orangtuanya. Allah-lah yang memberi balasan yang baik kepada orang yang berbuat baik dan balasan yang buruk kepada orang yang berbuat buruk. Karena itu, sekalipun keduanya telah bersusah-payah memeliharamu, kalau mereka mengajakmu pada kekufuran dan perbuatan syirik, janganlah kamu mengikutinya, karena tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam bermaksiat kepada Allah. Hanya saja, sekalipun demikian, engkau tetap menggauli mereka dengan baik serta senantiasa berlaku sopan dan hormat kepada mereka. Yang harus diikuti adalah jalan orang-orang yang kembali kepada-Ku dengan iman (tauhid), taat, dan amal shalih. Tempat kembali semua makhluk adalah Allah. Allahlah yang membalas segala perbuatan hamba-Nya. Kemudian, di akhir ayat dijelaskan tentang keluasan dan kelengkapan ilmu Allah sehingga Dia mengetahui apa saja yang telah dilakukan hamba-Nya. Penggambaran yang demikian membangkitkan wijdan (naluri beragama) yang ada pada diri manusia. Ayat berikutnya (16, 17, 18, dan 19) kembali mengungkapkan nasihat Luqman kepada putranya. Luqman mengajarkan kepada putranya bahwa jika ada perbuatan (dosa dan maksiat) walau seberat dan sekecil biji sawi pun dan berada di tempat yang tersembunyi—di dalam batu, di langit, atau di bumi—kelak Allah akan mendatangkan balasannya pada Hari Kiamat. Sebab, Allah Mahahalus dan Mahatahu. Ilmu-Nya meliputi segala sesuatu, bagaimanapun kecilnya, sehingga seekor semut yang melata di malam yang gelap-gulita pun tidak akan luput dari pengetahuan-Nya.4 Selanjutnya, Luqman mengajarkan kepada putranya tentang kewajiban-kewajiban yang harus ditunaikan kepada Allah. Kewajiban pertama: mendirikan shalat. Ibnu Katsir5 menafsirkan aqim ash- shalah dengan melaksanakannya tepat waktu dan sesuai dengan ketentuan-ketentuan, syarat-syarat, dan rukun-rukunnya. Sedangkan ash-Shabuni menambahkan, yaitu dengan memelihara kekhusyukannya. Kewajiban kedua: amar makruf nahi mungkar, yakni memerintahkan kepada manusia untuk melakukan setiap kebaikan dan keutamaan serta melarang mereka dari setiap perbuatan buruk. Kewajiban ketiga: bersabar, yakni bersabar terhadap gangguan, rintangan, ujian, bahaya, dan bencana yang menimpa karena menjalankan amar makruf nahi mungkar. Ibn Abbas berkata, “Di antara hakakat iman adalah bersabar.” Setelah pelaksanaan kewajiban, pengajaran Luqman yang berikutnya berupa larangan berakhlak buruk, yakni larangan berpaling dari manusia karena sombong dan menganggap rendah yang lain, serta larangan berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sebab, Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri. Tentang sifat sombong yang tercela tersebut, Allah berfirman dalam surat al-Isra’ ayat 37: ]وَلاَ تَمْشِ فِي اْلأَرْضِ مَرَحًا إِنَّكَ لَنْ تَخْرِقَ اْلأَرْضَ وَلَنْ تَبْلُغَ الْجِبَالَ طُولاً[ Janganlah engkau berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya engkau sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan tidak akan dapat sampai setinggi gunung.(QS al-Isra’ [17]: 37). Pengajaran selanjutnya adalah perintah berakhlak baik, yakni sederhana dalam berjalan; tidak terlampau cepat dan terburu-buru; tidak juga terlampau lambat dan bermalas-malasan; kemudian melunakkan suara (bila berbicara), tidak berteriak-teriak tanpa ada perlu, karena seburuk-buruk suara adalah suara kedelai. Al-Hasan6 berkata, “Dulu orang-orang musyrik membanggakan dirinya dengan bersuara tinggi.” Qatadah7 berkata, “Seburuk-buruk suara adalah suara kedelai.” Ibrah Pelajaran yang bisa diambil dari rangkaian ayat di atas mencakup dua hal. Pertama, pelajaran bagi orangtua dalam mendidik anak-anaknya. Kedua, pelajaran kepada seorang anak dalam berbakti kepada orangtua. Pelajaran bagi orang tua. Pelajaran awal dan dasar yang harus ditanamkan oleh orangtua kepada anaknya adalah akidah. Di antaranya, pemahaman agar tidak mempersekutukan Allah dengan apa pun, karena perbuatan syirik merupakan sesuatu yang buruk dan merupakan tindak kezaliman yang nyata, bahkan termasuk dosa besar yang kelak pelakunya akan di azab oleh Allah pada Hari Kiamat. Hal ini seiring dengan sabda Nabi saw. yang diriwayatkan oleh al-Hakim dari Ibnu Abbas r.a.8 Bacakanlah kalimat pertama kepada anak-anak kalian kalimat Lâ ilâha illâ Allâh. (HR al-Hakim). Berdasarkan hadis di atas, kalimat tauhid (Lâ ilâha illâ Allâh) merupakan sesuatu yang pertama masuk ke dalam pendengaran anak dan kalimat pertama yang dipahami anak. Hal ini seiring pula dengan anjuran azan di telinga kanan anak dan iqamah di telinga kirinya sesaat setelah kelahirannya di dunia ini. Upaya menanamkan kalimat tauhid kepada anak dapat ditempuh dengan berbagai cara dan wasilah. Di antaranya mendengar, mengucapkan, dan menghapalkan kalimat-kalimat tauhid, ayat-ayat al-Quran, serta al-Hadis yang terkait dengannya; kemudian memahamkan maknanya serta menjelaskan berbagai jenis perbuatan syirik yang pernah dilakukan manusia, khususnya yang terjadi saat ini; selanjutnya menceritakan berbagai azab yang ditimpakan Allah kepada umat-umat terdahulu akibat perbuatan syirik mereka. Penggunaan cara dan wasilah hendaknya disesuaikan dengan usia dan perkembangan anak. Hendaknya memilih cara yang memudahkan anak untuk mengingat dan memahami pelajaran yang hendak diberikan serta memilih wasilah yang disukai anak-anak agar mereka tidak merasa terpaksa menerima suatu pengajaran yang diberikan. Dengan begitu, pembelajaran akidah tauhid ini berjalan dengan lancar dan anak tidak merasa dibebani sesuatu. Contohnya adalah dengan cara memperdengarkan nyanyian yang di dalamnya terkandung pemahaman tauhid, membacakan ayat-ayat al-Quran maupun Hadis Nabi saw. yang menjelaskan pemahaman tauhid, serta mengajak anak untuk sama-sama melafalkannya bila anak sudah mampu berbicara. Oleh karena itu, menanamkan tauhid kepada anak tidak harus dalam suasana belajar, bisa dilakukan kapan saja; pada saat anak bermain, makan, ataupun ketika menidurkannya. Dengan demikian, para orangtua sangat dibutuhkan perannya untuk menanamkan pemahaman tauhid ini di sepanjang hari-hari dan aktivitas anak. Pemahaman akidah berikutnya yang harus ditanamkan kepada anak adalah senantiasa bersyukur kepada Allah atas nikmat dan karunia yang telah diberikan-Nya kepada kita. Rasa syukur kepada Allah harus didahulukan dari rasa syukur kepada manusia, termasuk kepada kedua orangtua. Artinya, sekalipun orangtua sangat berjasa dalam memelihara dan mengasuh kita sejak dalam kandungan, rasa syukur kepada mereka tidak boleh mendahului rasa syukur kepada Allah. Sebab, tempat kembali semua makhluk hanyalah kepada Allah. Upaya menancapkan rasa syukur kepada Allah bisa dilakukan dengan mengajak anak mengamati dan memikirkan karunia Allah yang diperoleh si anak, keluarganya, serta lingkungan sekitarnya. Di mulai dari hal yang paling sederhana dan mudah diamati sampai hal-hal yang membutuhkan pengamatan cermat. Selanjutnya adalah menanamkan pemahaman tentang sifat-sifat Allah. Di antaranya Allah Mahakaya, Maha Terpuji, Mahatahu, dan Mahahalus; juga sifat-sifat lainnya yang tergolong dalam Asmâ’ al-Husnâ. Keyakinan terhadap sifat-sifat Allah akan menjadikan anak memiliki dorongan yang kuat untuk menaati segala perintah Allah. Kekuatan akidah merupakan landasan untuk menaati semua perintah Allah berupa taklif hukum yang harus dijalankan sebagai konsekuensi keimanan. Oleh karena itu, perlu motivasi yang kuat, ketekunan yang sungguh-sungguh, serta kreativitas yang tinggi dari para orangtua terhadap upaya penanaman akidah yang kuat kepada anak. Dalam hal ini, harus ada penyesuaian bahasa (yang bisa dimengerti) anak, daya pikir (yang bisa dijangkau) anak, serta usia anak. Gambaran ideal sosok seorang anak yang sangat taat kepada Allah adalah Nabi Ismail. Beliau di usia kira-kira 13 tahun9 rela disembelih ayahnya (Nabi Ibrahim) ketika ayahnya mengatakan bahwa Allah memerintahkannya untuk menyembelih Ismail. Kisah ini diabadikan dalam al-Quran surat ash-Shaffat ayat 102. Kisah Nabi Ibrahim dan anaknya juga memberikan gambaran kepada kita tentang keinginan yang kuat dari seorang ayah untuk memiliki seorang anak yang shalih sehingga beliau berdoa kepada Allah agar dianugerahi seorang anak yang shalih. Hal ini termaktub dalam al-Quran surat ash-Shaffat ayat 100. Setelah penanaman akidah, pembelajaran berikutnya yang harus ditanamkan kepada anak adalah pelaksanaan berbagai taklif hukum. Di antaranya adalah shalat dan amar makruf nahi mungkar. Kewajiban pertama yang diajarkan dan diperintahkan kepada anak adalah kewajiban shalat, karena shalat merupakan tiang agama dan amal pertama yang akan dihisab pada Hari Kiamat nanti. Pada usia 7 tahun anak sudah harus diperintahkan menjalankan ibadah shalat, bahkan kalau sampai usia 10 tahun anak masih meninggalkan shalat, diperintahkan kepada orangtua untuk memukulnya. Al-Hakim dan Abu Dawud menuturkan riwayat dari Ibn Amr bin al -‘Ash. Disebutkan bahwa Rasulullah saw. bersabda: Ajarilah anak kalian shalat pada usia tujuh tahun dan pukullah dia (jika tidak mau melaksanakannya) jika melewati usia sepuluh tahun. (HR ad-Darimi). Perintah shalat ini dapat kita samakan dengan pelaksanaan kewajiban lain yang mampu dilaksanakan oleh anak seperti shaum, menutup aurat, amar makruf nahi mungkar, dan lain-lain; termasuk pergaulan antara laki-laki dan perempuan harus sudah terpisah pada saat usia mereka sepuluh tahun. Berdasarkan hadis di atas, dapat digali pemahaman bahwa anak sudah seharusnya dilatih menjalankan kewajiban-kewajibannya sebagai seorang Muslim sejak usia 7 tahun. Anak diberi sanksi bila meninggalkan kewajiban-kewajibannya pada saat usianya sudah mencapai 10 tahun. Hal ini berarti masa pembiasaan anak melaksanakan kewajiban-kewajibannya, selama 3 tahun, sejak usia tujuh tahun sampai 10 tahun. Sedangkan usia 10 tahun sampai menjelang balig bisa dikatakan masa pemantapan, karena si anak tidak boleh lagi meninggalkan kewajiban-kewajibannya. Dengan demikian, seorang anak sudah dipersiapkan sejak awal agar pada usia balig siap menjalankan semua taklif yang dibebankan Allah kepadanya. Pembelajaran selanjutnya yang harus ditanamkan kepada anak adalah akhlak mulia, yakni sifat-sifat mulia yang harus menghiasi kepribadian anak. Di antaranya sabar (atas segala ujian dan cobaan), tidak berlaku sombong terhadap sesama manusia, tidak bersikap angkuh, sederhana dalam berjalan, dan lunak dalam bersuara. Penanaman sifat-sifat mulia ini tidak akan sulit bila seiring dengan proses anak dalam melatih ketaatannya terhadap perintah Allah, yakni melalui pembiasaan anak menjalankan berbagai perintah Allah yang menjadi kewajibannya kelak. Sebab, sifat-sifat mulia tersebut merupakan buah dari pelaksanaan syariat Allah. Ada satu hal yang sangat penting didapatkan si anak dalam proses pembelajarannya menjalankan berbagai kewajiban serta menghiasi dirinya dengan sifat-sifat yang mulia, yakni keteladanan dari para orangtua maupun pendidik. Inilah yang saat ini jarang dan sulit didapatkan si anak. Bahkan, tidak jarang si anak melihat sesuatu yang bertentangan dengan pemahaman yang sedang ditanamkan kepadanya dilakukan oleh orang-orang di sekelilingnya, termasuk orangtua maupun para pendidik. Padahal, sudah merupakan tabiat manusia membutuhkan teladan, karena manusia lebih mudah menerima dan memahami apa yang dilihat dan dirasakannya daripada apa yang didengarnya. Karena itulah, kepada manusia diturunkan seorang Rasul di setiap generasi dari kalangannya sendiri (manusia juga), untuk mengajarkan dan mencontohkan pelaksanaan ajaran-Nya. Oleh karena itu, para orangtua hendaklah mempersiapkan lingkungan yang kondusif bagi perkembangan si anak agar proses pembelajarannya bisa berjalan efektif. Janganlah membiarkan lingkungan anak, khususnya lingkungan rumah, merobohkan bangunan kepribadian anak yang sedang dibangun, karena ini sangat berbahaya bagi perkembangan si anak untuk berproses menjadi anak yang shalih. Apabila para orangtua dan para pendidik di era sekarang mendidik anak sejak awal dengan mengikuti proses seperti yang diuraikan di atas, tidak mustahil akan terwujud generasi baru seperti Nabi Ismail, yakni generasi yang taat kepada Allah; generasi yang rela mengorbankan nyawanya dalam rangka menjalankan perintah Allah. Bila generasi muda kaum Muslim berkualitas seperti ini, kemenangan dan kejayaan Islam, insya Allah, akan berada dalam genggaman. Pelajaran bagi Anak Allah memerintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua orang tuanya sebagai wujud rasa syukur atas pengorbanan keduanya dalam memelihara dan mengasuh si anak sejak dalam kandungan. Demikian pula pengorbanan ketika menyusui si anak selama dua tahun, terutama sang ibu. Karena itu, sekalipun kedua orangtuanya kafir, seorang anak tetap harus berbuat baik kepada keduanya. Hanya saja, seorang anak tidak boleh menaati keduanya dalam hal-hal yang melanggar perintah Allah, karena tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam kemaksiatan kepada Allah. Wallâhu a‘lam bi ash-shawâb. [] Catatan kaki: 1) Shafwah at-Tafâsîr, jld. II, hlm. 451. 2) Tafsîr Ibn Abbas, hlm. 344. 3) At-Tashîl, jld. III, hlm. 126 4) Tafsîr Ibn Katsîr (terj.), jld. VI, hlm. 258. 5) Ibid. 6) Shafwah at-Tafâsîr, jld. II, hlm. 453 7) Ibid. 8) Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam, jld. I, hlm. 152 9) Shafwah at-Tafâsîr, jld. III, hlm. 36.

Minggu, 06 Desember 2009

METODE PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar atau pembelajaran adalah merupakan sebuah kegiatan yang wajib kita lakukan dan kita berikan kepada anak-anak kita. Karena ia merupakan kunci sukses unutk menggapai masa depan yang cerah, mempersiapkan generasi bangsa dengan wawasan ilmu pengetahuan yang tinggi. Yang pada akhirnya akan berguna bagi bangsa, negara, dan agama. Melihat peran yang begitu vital, maka menerapkan metode yang efektif dan efisien adalah sebuah keharusan. Dengan harapan proses belajar mengajar akan berjalan menyenakngkan dan tidak membosankan. Di bawah ini adalah beberapa metode pembelajaran efektif, yang mungkin bisa kita persiapkan. B. Rumusan Masalah Dalam makalah ini ada beberapa pokok permasalahan yang akan di kemukakan yaitu : Apa saja Metode-metode pembelajaran yang efektif dan bagaimana penerapannya ? C. Tujuan Memenuhi tugas Mata Kuliah Psikologi pendidikan. untuk mengetahui apa saja metode – metode pembelajaran yang efektif. BAB II PEMBAHASAN Metode Debat Metode debat merupakan salah satu metode pembelajaran yang sangat penting untuk meningkatkan kemampuan akademik siswa. Materi ajar dipilih dan disusun menjadi paket pro dan kontra. Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok dan setiap kelompok terdiri dari empat orang. Di dalam kelompoknya, siswa (dua orang mengambil posisi pro dan dua orang lainnya dalam posisi kontra) melakukan perdebatan tentang topik yang ditugaskan. Laporan masing-masing kelompok yang menyangkut kedua posisi pro dan kontra diberikan kepada guru. Selanjutnya guru dapat mengevaluasi setiap siswa tentang penguasaan materi yang meliputi kedua posisi tersebut dan mengevaluasi seberapa efektif siswa terlibat dalam prosedur debat. Pada dasarnya, agar semua model berhasil seperti yang diharapkan pembelajaran kooperatif, setiap model harus melibatkan materi ajar yang memungkinkan siswa saling membantu dan mendukung ketika mereka belajar materi dan bekerja saling tergantung (interdependen) untuk menyelesaikan tugas. Ketrampilan sosial yang dibutuhkan dalam usaha berkolaborasi harus dipandang penting dalam keberhasilan menyelesaikan tugas kelompok. Ketrampilan ini dapat diajarkan kepada siswa dan peran siswa dapat ditentukan untuk memfasilitasi proses kelompok. Peran tersebut mungkin bermacam-macam menurut tugas, misalnya, peran pencatat (recorder), pembuat kesimpulan (summarizer), pengatur materi (material manager), atau fasilitator dan peran guru bisa sebagai pemonitor proses belajar. Metode Role Playing Metode Role Playing adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal itu bergantung kepada apa yang diperankan. Kelebihan metode Role Playing: Melibatkan seluruh siswa dapat berpartisipasi mempunyai kesempatan untuk memajukan kemampuannya dalam bekerjasama. 1. Siswa bebas mengambil keputusan dan berekspresi secara utuh. 2. Permainan merupakan penemuan yang mudah dan dapat digunakan dalam situasi dan waktu yang berbeda. 3. Guru dapat mengevaluasi pemahaman tiap siswa melalui pengamatan pada waktu melakukan permainan. 4. Permainan merupakan pengalaman belajar yang menyenangkan bagi anak. Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving) Metode pemecahan masalah (problem solving) adalah penggunaan metode dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih siswa menghadapi berbagai masalah baik itu masalah pribadi atau perorangan maupun masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama.Orientasi pembelajarannya adalah investigasi dan penemuan yang pada dasarnya adalah pemecahan masalah. Adapun keunggulan metode problem solving sebagai berikut: 5. Melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan. 6. Berpikir dan bertindak kreatif. 7. Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis 8. Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan. 9. Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan. 10. Merangsang perkembangan kemajuan berfikir siswa untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat. 11. Dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan, khususnya dunia kerja. Kelemahan metode problem solving sebagai berikut: Beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan metode ini. Misal terbatasnya alat-alat laboratorium menyulitkan siswa untuk melihat dan mengamati serta akhirnya dapat menyimpulkan kejadian atau konsep tersebut. Memerlukan alokasi waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan metode pembelajaran yang lain. D. Pembelajaran Berdasarkan Masalah Problem Based Instruction (PBI) memusatkan pada masalah kehidupannya yang bermakna bagi siswa, peran guru menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan dan memfasilitasi penyelidikan dan dialog. Langkah-langkah: 1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Menjelaskan logistik yang dibutuhkan. Memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih. 2. Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll.) 3. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan masalah. 4. Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya. 5. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan. Kelebihan: Siswa dilibatkan pada kegiatan belajar sehingga pengetahuannya benar-benar diserapnya dengan baik. Dilatih untuk dapat bekerjasama dengan siswa lain. Dapat memperoleh dari berbagai sumber. Kekurangan: Untuk siswa yang malas tujuan dari metode tersebut tidak dapat tercapai. Membutuhkan banyak waktu dan dana. Tidak semua mata pelajaran dapat diterapkan dengan metode ini E. Cooperative Script Skrip kooperatif adalah metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajari. Langkah-langkah: Guru membagi siswa untuk berpasangan. Guru membagikan wacana / materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan. Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar. Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya. Sementara pendengar menyimak / mengoreksi / menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap dan membantu mengingat / menghapal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya. Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya, serta lakukan seperti di atas. Kesimpulan guru. Penutup. Kelebihan: Ø Melatih pendengaran, ketelitian / kecermatan. Ø Setiap siswa mendapat peran. Ø Melatih mengungkapkan kesalahan orang lain dengan lisan. Kekurangan: Ø Hanya digunakan untuk mata pelajaran tertentu Ø Hanya dilakukan dua orang (tidak melibatkan seluruh kelas sehingga koreksi hanya sebatas pada dua orang tersebut). F. Picture and Picture Picture and Picture adalah suatu metode belajar yang menggunakan gambar dan dipasangkan / diurutkan menjadi urutan logis. Langkah-langkah: 1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai. 2. Menyajikan materi sebagai pengantar. 3. Guru menunjukkan / memperlihatkan gambar-gambar yang berkaitan dengan materi. 4. Guru menunjuk / memanggil siswa secara bergantian memasang / mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis. 5. Guru menanyakan alas an / dasar pemikiran urutan gambar tersebut. 6. Dari alasan / urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep / materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai. 7. Kesimpulan / rangkuman. Kebaikan: 1. Guru lebih mengetahui kemampuan masing-masing siswa. 2. Melatih berpikir logis dan sistematis. Kekurangan:Memakan banyak waktu. Banyak siswa yang pasif. G. Numbered Heads Together Numbered Heads Together adalah suatu metode belajar dimana setiap siswa diberi nomor kemudian dibuat suatu kelompok kemudian secara acak guru memanggil nomor dari siswa. Langkah-langkah: 1. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor. 2. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya. 3. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya. 4. Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka. 5. Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain. 6. Kesimpulan. Kelebihan: Setiap siswa menjadi siap semua. Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh. Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai. Kelemahan: Kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru. Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru H. Metode Investigasi Kelompok (Group Investigation) Metode investigasi kelompok sering dipandang sebagai metode yang paling kompleks dan paling sulit untuk dilaksanakan dalam pembelajaran kooperatif. Metode ini melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Metode ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam ketrampilan proses kelompok (group process skills). Para guru yang menggunakan metode investigasi kelompok umumnya membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 5 hingga 6 siswa dengan karakteristik yang heterogen. Pembagian kelompok dapat juga didasarkan atas kesenangan berteman atau kesamaan minat terhadap suatu topik tertentu. Para siswa memilih topik yang ingin dipelajari, mengikuti investigasi mendalam terhadap berbagai subtopik yang telah dipilih, kemudian menyiapkan dan menyajikan suatu laporan di depan kelas secara keseluruhan. Adapun deskripsi mengenai langkah-langkah metode investigasi kelompok dapat dikemukakan sebagai berikut: Seleksi topik Parasiswa memilih berbagai subtopik dalam suatu wilayah masalah umum yang biasanya digambarkan lebih dahulu oleh guru. Para siswa selanjutnya diorganisasikan menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi pada tugas (task oriented groups) yang beranggotakan 2 hingga 6 orang. Komposisi kelompok heterogen baik dalam jenis kelamin, etnik maupun kemampuan akademik. Merencanakan kerjasama Parasiswa beserta guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus, tugas dan tujuan umum yang konsisten dengan berbagai topik dan subtopik yang telah dipilih dari langkah a) di atas. Implementasi Parasiswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah b). Pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas dan ketrampilan dengan variasi yang luas dan mendorong para siswa untuk menggunakan berbagai sumber baik yang terdapat di dalam maupun di luar sekolah. Guru secara terus-menerus mengikuti kemajuan tiap kelompok dan memberikan bantuan jika diperlukan. Analisis dan sintesis Parasiswa menganalisis dan mensintesis berbagai informasi yang diperoleh pada langkah c) dan merencanakan agar dapat diringkaskan dalam suatu penyajian yang menarik di depan kelas. Penyajian hasil akhir Semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai topik yang telah dipelajari agar semua siswa dalam kelas saling terlibat dan mencapai suatu perspektif yang luas mengenai topik tersebut. Presentasi kelompok dikoordinir oleh guru. Evaluasi Guru beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat mencakup tiap siswa secara individu atau kelompok, atau keduanya. I. Metode Jigsaw Pada dasarnya, dalam model ini guru membagi satuan informasi yang besar menjadi komponen-komponen lebih kecil. Selanjutnya guru membagi siswa ke dalam kelompok belajar kooperatif yang terdiri dari empat orang siswa sehingga setiap anggota bertanggungjawab terhadap penguasaan setiap komponen/subtopik yang ditugaskan guru dengan sebaik-baiknya. Siswa dari masing-masing kelompok yang bertanggungjawab terhadap subtopik yang sama membentuk kelompok lagi yang terdiri dari yang terdiri dari dua atau tiga orang. Siswa-siswa ini bekerja sama untuk menyelesaikan tugas kooperatifnya dalam: a) belajar dan menjadi ahli dalam subtopik bagiannya; b) merencanakan bagaimana mengajarkan subtopik bagiannya kepada anggota kelompoknya semula. Setelah itu siswa tersebut kembali lagi ke kelompok masing-masing sebagai “ahli” dalam subtopiknya dan mengajarkan informasi penting dalam subtopik tersebut kepada temannya. Ahli dalam subtopik lainnya juga bertindak serupa. Sehingga seluruh siswa bertanggung jawab untuk menunjukkan penguasaannya terhadap seluruh materi yang ditugaskan oleh guru. Dengan demikian, setiap siswa dalam kelompok harus menguasai topik secara keseluruhan. J. Metode Team Games Tournament (TGT) Pembelajaran kooperatif model TGT adalah salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcement. Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif model TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar. Ada 5 komponen utama dalam komponen utama dalam TGT yaitu: Penyajian kelas Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas, biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan ceramah, diskusi yang dipimpin guru. Pada saat penyajian kelas ini siswa harus benar-benar memperhatikan dan memahami materi yang disampaikan guru, karena akan membantu siswa bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada saat game karena skor game akan menentukan skor kelompok. Kelompok (team) Kelompok biasanya terdiri dari 4 sampai 5 orang siswa yang anggotanya heterogen dilihat dari prestasi akademik, jenis kelamin dan ras atau etnik. Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat game. Game Game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji pengetahuan yang didapat siswa dari penyajian kelas dan belajar kelompok. Kebanyakan game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan sederhana bernomor. Siswa memilih kartu bernomor dan mencoba menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor itu. Siswa yang menjawab benar pertanyaan itu akan mendapat skor. Skor ini yang nantinya dikumpulkan siswa untuk turnamen mingguan. Turnamen Biasanya turnamen dilakukan pada akhir minggu atau pada setiap unit setelah guru melakukan presentasi kelas dan kelompok sudah mengerjakan lembar kerja. Turnamen pertama guru membagi siswa ke dalam beberapa meja turnamen. Tiga siswa tertinggi prestasinya dikelompokkan pada meja I, tiga siswa selanjutnya pada meja II dan seterusnya. Team recognize (penghargaan kelompok) Guru kemudian mengumumkan kelompok yang menang, masing-masing team akan mendapat sertifikat atau hadiah apabila rata-rata skor memenuhi kriteria yang ditentukan. Team mendapat julukan “Super Team” jika rata-rata skor 45 atau lebih, “Great Team” apabila rata-rata mencapai 40-45 dan “Good Team” apabila rata-ratanya 30-40 K. Model Student Teams – Achievement Divisions (STAD) Siswa dikelompokkan secara heterogen kemudian siswa yang pandai menjelaskan anggota lain sampai mengerti. Langkah-langkah: Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dll.). Guru menyajikan pelajaran. Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota kelompok. Anggota yang tahu menjelaskan kepada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti. Guru memberi kuis / pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu. Memberi evaluasi. Penutup. Kelebihan: Seluruh siswa menjadi lebih siap. Melatih kerjasama dengan baik. Kekurangan: Anggota kelompok semua mengalami kesulitan. Membedakan siswa. L. Model Examples Non Examples Examples Non Examples adalah metode belajar yang menggunakan contoh-contoh. Contoh-contoh dapat dari kasus / gambar yang relevan dengan KD. Langkah-langkah: Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran. Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan lewat OHP. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan kepada siswa untuk memperhatikan / menganalisa gambar. Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya. Mulai dari komentar / hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai. Kesimpulan. Kebaikan: Siswa lebih kritis dalam menganalisa gambar. Siswa mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar. Siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya. Kekurangan: Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar. Memakan waktu yang lama. M. Model Lesson Study Lesson Study adalah suatu metode yang dikembangkan di Jepang yang dalam bahasa Jepangnya disebut Jugyokenkyuu. Istilah lesson study sendiri diciptakan oleh Makoto Yoshida. Lesson Study merupakan suatu proses dalam mengembangkan profesionalitas guru-guru di Jepang dengan jalan menyelidiki/ menguji praktik mengajar mereka agar menjadi lebih efektif. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut: Sejumlah guru bekerjasama dalam suatu kelompok. Kerjasama ini meliputi: a. Perencanaan. b. Praktek mengajar. c. Observasi. d. Refleksi/ kritikan terhadap pembelajaran. Salah satu guru dalam kelompok tersebut melakukan tahap perencanaan yaitu membuat rencana pembelajaran yang matang dilengkapi dengan dasar-dasar teori yang menunjang. Guru yang telah membuat rencana pembelajaran pada (2) kemudian mengajar di kelas sesungguhnya. Berarti tahap praktek mengajar terlaksana. Guru-guru lain dalam kelompok tersebut mengamati proses pembelajaran sambil mencocokkan rencana pembelajaran yang telah dibuat. Berarti tahap observasi terlalui. Semua guru dalam kelompok termasuk guru yang telah mengajar kemudian bersama-sama mendiskusikan pengamatan mereka terhadap pembelajaran yang telah berlangsung. Tahap ini merupakan tahap refleksi. Dalam tahap ini juga didiskusikan langkah-langkah perbaikan untuk pembelajaran berikutnya. Hasil pada (5) selanjutnya diimplementasikan pada kelas/ pembelajaran berikutnya dan seterusnya kembali ke (2). Adapun kelebihan metode lesson study sebagai berikut: - Dapat diterapkan di setiap bidang mulai seni, bahasa, sampai matematika dan olahraga dan pada setiap tingkatan kelas. - Dapat dilaksanakan antar/ lintas sekolah. BAB III SIMPULAN Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa, dalam pembalajaran yang efektif dan efisien memiliki banyak sekali metode yang digunakan, maka seorang guru situntut untuk lebih kreatif dan selalu mencoba sesuatu yang baru dalam menerapkan model-model pembelajaran yang tentunya harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi serta psikologis peserta didik. Jika hal itu dilakukan maka pembelajaran akan lebih berjalan efektif dan efisien serta tepat sasaran dan sesuai dengan apa yang guru harapkan. DAFTAR PUSTAKA http://wijayalabs.wordpress.com/2008/04/) Ali Nugraha, 2005. Pengembangan Pembelajaran Sains. Dirjen Dikti: Jakarta. Conny R. Semiawan, 2002. Belajar dan Pembelajaran Dalam Taraf Usia Dini. Ikrar Mandiri Abadi: Jakarta. Cucu Eliyarti, 2005. Pemilihan dan Sumber Belajar Untuk Anak. Dirjen Dikti: Jakarta. Masruhan K. Chotib Ala-Hafiz, 2001. Pembentukan Generasi Cemerlang. Dewan Bahasa dan Pustaka: Kuala Lumpur. Rita Mariyana, 2005. Strategi Pengelolaan Lingkungan Belajar. Dirjen Dikti: Jakarta. Sofia Hartati, 2005. Perkembangan Belajar pada Anak Usia Dini. Dirjen Dikti: Jakarta. Slamet. 2005. Pembelajaran Untuk Anak TK, Dirjen Dikti: Jakarta. Suryadi, 2005. Kiat Jitu dalam Mendidik Anak. Edsa Mahkota: Jakarta.

Sabtu, 05 Desember 2009

TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM

BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Masalah Manusia hidup di dunia ini hanya untuk beribadah kepada sang Khalik, begitulah hakikat manusia itu diciptakan menurut Islam. Namun dengan penciptaan manusia yang diberikan kelebihan oleh Allah SWT berupa akal maka pendidikan dan pembelajaran tentunya sangat dibutuhkan oleh manusia sebagai daya untuk menguatkan pola pikirnya untuk dapat mengenal Tuhan-Nya lebih dekat lagi, mengembangkan potensi yang ada pada dirinya untuk dapat mengerti arti hidup yang sesungguhnya. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya dengan memiliki tujuan untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Islam sangat mementingkan pendidikan. Dengan pendidikan yang benar dan berkualitas, individu-individu yang beradab akan terbentuk yang akhirnya memunculkan kehidupan sosial yang bermoral. Sayangnya, sekalipun institusi-institusi pendidikan saat ini memiliki kualitas dan fasilitas, namun institusi-institusi tersebut masih belum memproduksi individu-individu yang beradab. Sebabnya, visi dan misi pendidikan yang mengarah kepada terbentuknya manusia yang beradab, terabaikan dalam tujuan institusi pendidikan. B. Rumusan Masalah 1.Apa saja Tujuan dan Prinsip-prinsip pendidikan Islam ? 2.Bagaimana mekanisme pendidikan Islam dalam menjalankan pendidikan ? 3.Apa saja Tujuan dan sasaran Pendidikan Islam BAB II PEMBAHASAN A. Tujuan Hidup Manusia Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah yang dibekali dengan berbagai potensi fitrah yang tidak dimiliki makhluk lainnya. Potensi istimewa ini dimaksudkan agar manusia dapat mengemban dua tugas utama, yaitu sebagai khalifatullah di muka bumi dan juga abdi Allah untuk beribadah kepada-Nya. Manusia dengan berbagai potensi tersebut membutuhkan suatu proses pendidikan, sehingga apa yang akan diembannya dapat terwujud. H. M. Arifin, dalam bukunya Ilmu Pendidikan Islam, mengatakan bahwa “pendidikan Islam bertujuan untuk mewujudkan manusia yang berkepribadian muslim baik secara lahir maupun batin, mampu mengabdikan segala amal perbuatannya untuk mencari keridhaan Allah SWT. Dengan demikian, hakikat cita-cita pendidikan Islam adalah melahirkan manusia-manusia yang beriman dan berilmu pengetahuan, satu sama lain saling menunjang”. 1 Manusia hidup di dunia ini hanya untuk beribadah kepada sang Khalik, begitulah hakikat manusia itu diciptakan menurut Islam. Namun dengan penciptaan manusia yang diberikan kelebihan oleh Allah SWT berupa akal maka pendidikan dan pembelajaran tentunya sangat dibutuhkan oleh manusia sebagai daya untuk menguatkan pola pikirnya untuk dapat mengenal Tuhan-Nya lebih dekat lagi, mengembangkan potensi yang ada pada dirinya untuk dapat mengerti arti hidup yang sesungguhnya. Dalam hal pendidikan, tujuan hidup dan tujuan pendidikan tidak dapat dipisahkan, dimana antara tujuan hidup dan tujuan pendidikan merupakan memiliki kaitan yang sangat erat. Pendidikan baru akan mempunyai tujuan apabila manusia (yang membutuhkan pendidikan) memiliki tujuan hidupnya. Maka sebelum memulai pendidikan terlebih dahulu pendidik dan peserta didik menata tujuan hidupnya supaya akan jelas apa sebenarnya yang akan dicita-citakan. B. Tujuan Pendidikan Tujuan adalah merupakan batas akhir yang dicita-citakan seseorang dalam menjadikan pusat perhatiannya untuk dicapai melalui sebuah usaha. Tujuan merupakan aspek penting dalam pencapaian sesuatu. Tanpa ada tujuan maka apa-apa yang dikerjakan tiada artinya. Maka tujuan dalam pendidikan inipun menjadi aspek yang penting dalam proses pendidikan. Jika tidak dibarengi dengan tujuan pendidikan yang benar sesuai dengan undang-undang yang mengatur pendidikan maka dalam pencapaian tujuan pendidikan tidak akan pernah terwujud atau tercapai. 2 Dapat dikatakan di sini bahwa tujuan pendidikan itu ialah batas akhir dalam pencapaian apa-apa yang di cita-citakan melalui sebuah usaha atau upaya dalam pendidikan. Tujuan pendidikan merupakan hal yang penting dalam sebuah proses pendidikan dimana dengan tujuan tersebut maka dapat mengarahkan perbuatan mendidik. Tanpa tujun yang jelas maka pendidikan akan berjalan tidak efektif dan efisien. Tujuan pendidikan secara umum seperti yang tertuang pada Undang-Undang Tahun 2003 tentang pendidikan bahwa tujuan intinya adalah untuk menciptakan karakter manusia yang berakhlaq mulia dan berpengetahuan luas serta mampu berorientasi pada masa depan. Untuk mencapai tujuan tersebut maka diperlukan proses yang tidak sebentar serta perlu adanya metode, sarana dan prasarana yang memadai serta kurikulum yang menunjang. Tanpa adanya hal tersebut maka tujuan pendidikan tidak akan tercapai. B. Prinsip-Prinsip Pendidikan Islam Memang tidak diragukan bahwa ide mengenai prinsip-prinsip dasar pendidikan banyak tertuang dalam ayat-ayat al Qur’an dan hadits nabi. Dalam hal ini akan dikemukakan ayat ayat atau hadits hadits yang dapat mewakili dan mengandung ide tentang prinsip prinsip dasar tersebut, dengan asumsi dasar, seperti dikatakan an Nahlawi bahwa pendidikan sejati atau maha pendidikan itu adalah Allah yang telah menciptakan fitrah manusia dengan segala potensi dan kelebihan serta menetapkan hukum hukum pertumbuhan, perkembangan, dan interaksinya, sekaligus jalan yang harus ditempuh untuk mencapai tujuannya. Prinsip prinsip tersebut adalah sebagai berikut: 3 Pertama, Prinsip Integrasi. Suatu prinsip yang seharusnya dianut adalah bahwa dunia ini merupakan jembatan menuju kampung akhirat. Karena itu, mempersiapkan diri secara utuh merupakan hal yang tidak dapat dielakkan agar masa kehidupan di dunia ini benar benar bermanfaat untuk bekal yang akan dibawa ke akhirat. Perilaku yang terdidik dan nikmat Tuhan apapun yang didapat dalam kehidupan harus diabdikan untuk mencapai kelayakan kelayakan itu terutama dengan mematuhi keinginan Tuhan. Allah Swt Berfirman, “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) kampung akhirat, dan janganlah kanu melupakan kebahagiaanmu dari kenikmatan duniawi...” (QS. Al Qoshosh: 77).4 Ayat ini menunjukkan kepada prinsip integritas di mana diri dan segala yang ada padanya dikembangkan pada satu arah, yakni kebajikan dalam rangka pengabdian kepada Tuhan. Kedua, Prinsip Keseimbangan. Karena ada prinsip integrasi, prinsip keseimbangan merupakan kemestian, sehingga dalam pengembangan dan pembinaan manusia tidak ada kepincangan dan kesenjangan. Keseimbangan antara material dan spiritual, unsur jasmani dan rohani. Pada banyak ayat al-Qur’an Allah menyebutkan iman dan amal secara bersamaan. Tidak kurang dari enam puluh tujuh ayat yang menyebutkan iman dan amal secara besamaan, secara implisit menggambarkan kesatuan yang tidak terpisahkan. Diantaranya adalah QS. Al ‘Ashr: 1-3, “Demi masa, sesungguhnya manusia dalam kerugian kecuali mereka yang beriman dan beramal sholeh.” .5 Ketiga, Prinsip Persamaan. Prinsip ini berakar dari konsep dasar tentang manusia yang mempunyai kesatuan asal yang tidak membedakan derajat, baik antara jenis kelamin, kedudukan sosial, bangsa, maupun suku, ras, atau warna kulit. Sehingga budak sekalipun mendapatkan hak yang sama dalam pendidikan. Nabi Muhammad Saw bersabda “Siapapun di antara seorang laki laki yang mempunyai seorang budak perempuan, lalu diajar dan didiknya dengan ilmu dan pendidikan yang baik kemudian dimerdekakannya lalu dikawininya, maka (laki laki) itu mendapat dua pahala” (HR. Bukhori).6 Keempat, Prinsip Pendidikan Seumur Hidup. Sesungguhnya prinsip ini bersumber dari pandangan mengenai kebutuhan dasar manusia dalam kaitan keterbatasan manusia di mana manusia dalam sepanjang hidupnya dihadapkan pada berbagai tantangan dan godaan yang dapat menjerumuskandirinya sendiri ke jurang kehinaan. Dalam hal ini dituntut kedewasaan manusia berupa kemampuan untuk mengakui dan menyesali kesalahan dan kejahatan yang dilakukan, disamping selalu memperbaiki kualitas dirinya. Sebagaimana firman Allah, “Maka siapa yang bertaubat sesuadah kedzaliman dan memperbaiki (dirinya) maka Allah menerima taubatnya....” (QS. Al Maidah: 39). 7 Kelima, Prinsip Keutamaan. Dengan prinsip ini ditegaskan bahwa pendidikan bukanlah hanya proses mekanik melainkan merupakan proses yang mempunyai ruh dimana segala kegiatannya diwarnai dan ditujukan kepada keutamaan-keutamaan. 8 Keutamaan-keutamaan tersebut terdiri dari nilai nilai moral. Nilai moral yang paling tinggi adalah tauhid. Sedangkan nilai moral yang paling buruk dan rendah adalah syirik. Dengan prinsip keutamaan ini, pendidik bukan hanya bertugas menyediakan kondisi belajar bagi subjek didik, tetapi lebih dari itu turut membentuk kepribadiannya dengan perlakuan dan keteladanan yang ditunjukkan oleh pendidik tersebut. Nabi Saw bersabda, “Hargailah anak anakmu dan baikkanlah budi pekerti mereka,” (HR. Nasa’i).9   B. Mekanisme Pendidikan Islam Mengenai mekanisme dalam menjalankan pendidikan Islam Dalam karyanya Tahdzibul Akhlak, Ibnu Miskawaih mengatakan bahwa syariat agama memiliki peran penting dalam meluruskan akhlak remaja, yang membiasakan mereka untuk melakukan perbuatan yang baik, sekaligus mempersiapkan diri mereka untuk menerima kearifan, mengupayakan kebajikan dan mencapai kebahagiaan melalui berpikir dan penalaran yang akurat. Orang tua memiliki kewajiban untuk mendidik mereka agar mentaati syariat ini, agar berbuat baik. Hal ini dapat dijalankan melalui al-mau’izhah (nasehat), al- dharb (dipukul) kalau perlu, al-taubikh (dihardik), diberi janji yang menyenangkan atau tahdzir (diancam) dengan al-‘uqubah (hukuman). 10 Akan tetapi, Berbeda dengan beberapa pandangan teori di atas, Ibnu Khaldun justru berpandangan sebaliknya. Ia mengatakan bahwa kekerasan dalam bentuk apapun seharusnya tidak dilakukan dalam dunia pendidikan. Karena dalam pandangan Ibnu Khaldun, penggunaan kekerasan dalam pengajaran dapat membahayakan anak didik, apalagi pada anak kecil, kekerasan merupakan bagian dari sifat-sifat buruk. Disamping itu, Ia juga menambahkan bahwa perbuatan yang lahir dari hukuman tidak murni berasal dari keinginan dan kesadaran anak didik. Itu artinya pendidikan dengan metode ini juga sekaligus akan membiasakan seseorang untuk berbohong dikarenakan takut dengan hukuman. 11  C. Tujuan dan Sasaran Pendidikan Islam Salah satu aspek penting dan mendasar dalam pendidikan adalah aspek tujuan. Merumuskan tujuan pendidikan merupakan syarat mutlak dalam mendefiniskan pendidikan itu sendiri yang paling tidak didasarkan atas konsep dasar mengenai manusia, alam, dan ilmu serta dengan pertimbangan prinsip prinsip dasarnya. Hal tersebut disebabkan pendidikan adalah upaya yang paling utama, bahkan satu satunya untuk membentuk manusia menurut apa yang dikehendakinya. Karena itu menurut para ahli pendidikan, tujuan pendidikan pada hakekatnya merupakan rumusan-rumusan dari berbagai harapan ataupun keinginan manusia. 12 Maka dari itu berdasarkan definisinya, Rupert C. Lodge dalam philosophy of education menyatakan bahwa dalam pengertian yang luas pendidikan itu menyangkut seluruh pengalaman. Sehingga dengan kata lain, kehidupan adalah pendidikan dan pendidikan adalah kehidupan itu. Sedangkan Joe Pack merumuskan pendidikan sebagai “the art or process of imparting or acquiring knomledge and habit through instructional as study”. 13 Dalam definisi ini tekanan kegiatan pendidikan diletakkan pada pengajaran (instruction), sedangkan segi kepribadian yang dibina adalah aspek kognitif dan kebiasaan. Theodore Meyer Greene mengajukan definisi pendidikan yang sangat umum. Menurutnya pendidikan adalah usaha manusia untuk menyiapkan dirinya untuk suatu kehidupan yang bermakna. Alfred North Whitehead menyusun definisi pendidikan yang menekankan segi ketrampilan menggunakan pengetahuan. 14 Untuk itu, pengertian pendidikan secara umum, yang kemudian dihubungkan dengan Islam -sebagai suatu sistem keagamaan- menimbulkan pengertian pengertian baru yang secara implisit menjelaskan karakteristik karakteristik yang dimilikinya. Pengertian pendidikan dengan seluruh totalitasnya, dalam konteks Islam inheren salam konotasi istilah “tarbiyah”, “ta’lim” dan “ta’dib” yang harus dipahami secara bersama-sama. Ketiga istilah itu mengandung makna yang amat dalam menyangkut manusia dan masyarakat serta lingkungan yang dalam hubungannya dengan Tuhan saling berkaitan satu sama lain. Istilah istilah itu sekaligus menjelaskan ruang lingkup pendidikan Islam; informal, formal, dan nonformal. 15 Ghozali melukiskan tujuan pendidikan sesuai dengan pandangan hidupnya dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, yaitu sesuai dengan filsafatnya, yakni memberi petunjuk akhlak dan pembersihan jiwa dengan maksud di balik itu membentuk individu-individu yang tertandai dengan sifat-sifat utama dan takwa. Dengan ini pula keutamaan itu akan merata dalam masyarakat. 16 Hujair AH. Sanaky menyebut istilah tujuan pendidikan Islam dengan visi dan misi pendidikan Islam. Menurutnya sebenarnya pendidikan Islam telah memiki visi dan misi yang ideal, yaitu “Rohmatan Lil ‘Alamin”. Selain itu, sebenarnya konsep dasar filosofis pendidikan Islam lebih mendalam dan menyangkut persoalan hidup multi dimensional, yaitu pendidikan yang tidak terpisahkan dari tugas kekhalifahan manusia, atau lebih khusus lagi sebagai penyiapan kader-kader khalifah dalam rangka membangun kehidupan dunia yang makmur, dinamis, harmonis dan lestari sebagaimana diisyaratkan oleh Allah dalam al Qur’an. Pendidikan Islam adalah pendidikan yang ideal, sebab visi dan misinya adalah “Rohmatan Lil ‘Alamin”, yaitu untuk membangun kehidupan dunia yang yang makmur, demokratis, adil, damai, taat hukum, dinamis, dan harmonis. 17 Munzir Hitami berpendapat bahwa tujuan pendidikan tidak terlepas dari tujuan hidup manusia, biarpun dipengaruhi oleh berbagai budaya, pandangan hidup, atau keinginan-keinginan lainnya. Bila dilihat dari ayat-ayat al Qur’an ataupun hadits yang mengisyaratkan tujuan hidup manusia yang sekaligus menjadi tujuan pendidikan. 18 Qodri Azizy menyebutkan batasan tentang definisi pendidikan agama Islam dalam dua hal, yaitu; 1.Mendidik peserta didik untuk berperilaku sesuai dengan nilai-nilai atau akhlak Islam 2.Mendidik peserta didik untuk mempelajari materi ajaran Islam. Sehingga pengertian pendidikan agama Islam merupakan usaha secara sadar dalam memberikan bimbingan kepada anak didik untuk berperilaku sesuai dengan ajaran Islam dan memberikan pelajaran dengan materi-materi tentang pengetahuan Islam.19   BAB III SIMPULAN Dari beberapa uraian yang telah penulis kemukakan dari beberapa pendapat para tokoh pendidikian Islam bahwa pendidikan pada dasarnya memiliki beberapa tujuan. Tujuan yang terpenting adalah pembentukan akhlak objek didikan sehingga semua tujuan pendidikan dapat dicapai dengan landasan moral dan etika Islam, yang tentunya memiliki tujuan kemashlahatan di dalam mencapai tujuan tersebut. Mengenai mekanisme pelaksanaanya, hal ini tentunya memerlukan kajian yang lebih mendalam sehingga nantinya implementasi dari teori tersebut dapat dipertanggungjawabkan dan dipandang relevan dengan kondisi yang terikat dengan faktor-faktor tertentu.   DAFTAR PUSTAKA Azizy, Ahmad Qodri A. 2000. Islam dan Permaslahan Sosial; Mencari Jalan Keluar, Yogyakarta: Pustaka Pelajar Azra. Azyumardi. 2002. Pendidikan Islam; Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru. Jakarta: Logos Wacana Ilmu Hitami, Munzir. 2004. Menggagas Kembali Pendidikan Islam. Yogyakarta: Infinite Press Khaldun, Ibnu. 2001. Muqaddimah Ibnu Khaldun. Jakarta: Pustaka Firdaus Miskawaih, Ibnu. Tanpa tahun. Tahzib al-Akhlaq, Mesir: al-Mathbah al-Husainiyyah Sanaky, Hujair AH. 2003. Paradigma Pendidikan Islam; Membangun Masyarakat Indonesia. Yogyakarta: Safiria Insania Press dan MSI Tafsir, Ahmad. 2002. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an Dan Terjemahannya, 2005 Syarif, Ahmad Hidayatullah, Lc, Kumpulan Shohih Bukhori, (Pustaka, Jakarta, 2004) [1] Munzir Hitami, Menggagas Kembali Pendidikan Islam, Yogyakarta: Infinite Press, 2004, hal. 25-30 [2] Ibnu Miskawaih, Tahzib al-Akhlaq, Mesir: al-Mathbah al-Husainiyyah, tanpa tahun, hal. 27 [3]Ibnu Khaldun, Muqaddimah Ibnu Khaldun, Jakarta: Pustaka Firdaus, 2001, hal. 7Hilda Taba dalam Munzir Hitami, Ibid, hal. 32  [5] Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002, hal.Azyumardi Azra, Pendidikan Islam; Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2002, hal. 5 [7] Sulaiman, dalam Ibid, hal. 33 [8] Hujair AH. Sanaky, Paradigma Pendidikan Islam; Membangun Masyarakat Indonesia, Yogyakarta: Safiria Insania Press dan MSI, hal. 142 Munzir Hitami, Op. Cit, hal. 32 [10] Ahmad Qodri Azizy, Islam dan Permaslahan Sosial; Mencari Jalan Keluar, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003, hal. 22

ILMU PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

ILMU PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM A. Pendahuluan Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, Menurut Langgulung pendidikan Islam tercakup dalam delapan pengertian, yaitu At-Tarbiyyah Ad-Din (Pendidikan keagamaan), At-Ta’lim fil Islamy (pengajaran keislaman), Tarbiyyah Al-Muslimin (Pendidikan orang-orang islam), At-tarbiyyah fil Islam (Pendidikan dalam islam), At-Tarbiyyah ‘inda Muslimin (pendidikan dikalangan Orang-orang Islam), dan At-Tarbiyyah Al-Islamiyyah (Pendidikan Islami). Arti pendidikan Islam itu sendiri adalah pendidikan yang berdasarkan Islam. Isi ilmu adalah teori. Isi ilmu bumi adalah teori tentang bumi. Maka isi Ilmu pendidikan adalah teori-teori tentang pendidikan, Ilmu pendidikan Islam secara lengkap isi suatu ilmu bukanlah hanya teori. Hakikat manusia menurut Islam adalah makhluk (ciptaan) Tuhan, hakikat wujudnya bahwa manusia adalah mahkluk yang perkembangannya dipengaruhi oleh pembawaan dan lingkungan. Manusia sempurna menurut Islam adalah jasmani yang sehat serta kuat dan Berketerampilan, cerdas serta pandai. Tujuan umum pendidikan Islam ialah terwujudnya manusia sebagai hamba Allah. Jadi menurut Islam, pendidikan haruslah menjadikan seluruh manusia yang menghambakan kepada Allah. Yang dimaksud menghambakan diri ialah beribadah kepada Allah. B. Pendidikan Dalam Perspektif Islam Pengertian pendidik adalah orang dewasa yang bertanggung jawab memberi bimbingan atau bantuan kepada anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai kedewasaan. Pendidik Islam ialah Individu yang melaksanakan tindakan mendidik secara Islami dalam situasi pendidikan islam untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Menurut Langgulung (1997), pendidikan Islam tercakup dalam delapan pengertian, yaitu At-Tarbiyyah Ad-Din (Pendidikan keagamaan), At-Ta’lim fil Islamy (pengajaran keislaman), Tarbiyyah Al-Muslimin (Pendidikan orang-orang islam), At-tarbiyyah fil Islam (Pendidikan dalam islam), At-Tarbiyyah ‘inda Muslimin (pendidikan dikalangan Orang-orang Islam), dan At-Tarbiyyah Al-Islamiyyah (Pendidikan Islami). Pendidik Islam ialah Individu yang melaksanakan tindakan mendidik secara Islami dalam situasi pendidikan islam untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Para ahli pendidikan lebih menyoroti istilah-istilah dari aspek perbedaan antara tarbiyyah dan ta’lim, atau antara pendidikan dan pengajaran. Dan dikalangan penulis Indonesia, istilah pendidikan biasanya lebih diarahkan pada pembinaan watak, moral, sikap atau kepribadian, atau lebih mengarah kepada afektif, sementara pengajaran lebih diarahkan pada penguasaan ilmu pengetahuan atau menonjolkan dimensi kognitif dan psikomotor. Pengertian pendidikan bahkan lebih diperluas cakupannya sebagai aktivitas dan fenomena. Pendidikan sebagai aktivitas berarti upaya yang secara sadar dirancang untuk membantu seseorang atau sekelompok orang dalam mengembangkan pandangan hidup, sikap hidup, dan keterampilan hidup, baik yang bersifat manual (petunjuk praktis) maupun mental, dan sosial sedangkan pendidikan sebagai fenomena adalah peristiwa perjumpaan antara dua orang atau lebih yang dampaknya ialah berkembangnya suatu pandangan hidup, sikap hidup, atau keterampilan hidup pada salah satu atau beberapa pihak, yang kedua pengertian ini harus bernafaskan atau dijiwai oleh ajaran dan nilai-nilai Islam yang bersumber dari al Qur’an dan Sunnah (Hadist). Menurut Prof. Dr. Mohammad Athiyah al Abrasyi pendidik itu ada tiga macam : 1. Pendidikan Kuttab Pendidikan ini ialah yang mengajarkan al Qu’ran kepada anak-anak dikuttab. Sebagian diantara mereka hanya berpengetahuan sekedar pandai membaca, menulis dan menghafal al Qur’an semata. 2. Pendidikan Umum Ialah pendidikan pada umumnya, yang mengajarkan dilembaga-lembaga pendidikan dan mengelola atau melaksanakan pendidikan Islam secara formal sperti madrasah-madrasah, pondok pesantren ataupun informal seperti didalam keluarga. 3. Pendidikan Khusus Adalah pendidikan secara privat yang diberikan secara khusus kepada satu orang atau lebih dari seorang anak pembesar kerajaan (pejabat) dan lainnya. C. Defenisi Ilmu Pendidikan Islam Ilmu Pendidikan Islam adalah ilmu pendidikan yang berdasarkan Islam. Isi ilmu adalah teori. Isi ilmu bumi adalah teori tentang bumi. Maka isi Ilmu pendidikan adalah teori-teori tentang pendidikan, Ilmu pendidikan Islam secara lengkap isi suatu ilmu bukanlah hanya teori, tetapi isi lain juga ada ialah : 1. Teori. 2. Penjelasan tentang teori itu. 3. Data yang mendukung tentang penjelasan itu. Islam adalah nama Agama yang dibawa oleh nabi Muhammad saw, yang berisi seperangkat ajaran tentang kehidupan manusia ; ajaran itu dirumuskan berdasarkan dan bersumber pada al Qur’an dan hadist serta aqal. Penggunaan dasarnya haruslah berurutan :al Qur’an lebih dahulu ; bila tidak ada atau tidak jelas dalam al Qur’an maka harus dicari dalam hadist ; bila tidak ada atau tidak jelas didalam hadist, barulah digunakan aqal (pemikiran), tetapi temuan aqal tidak boleh bertentangan dengan jiwa al Qur’an dan hadist. D. Tujuan Umum Pendidikan Manusia 1. Hakikat manusia menurut Islam Manusia adalah makhluk (ciptaan) Tuhan, hakikat wujudnya bahwa manusia adalah mahkluk yang perkembangannya dipengaruhi oleh pembawaan dan lingkungan. Dalam teori pendidikan lama, yang dikembangkan didunia barat, dikatakan bahwa perkembangannya seseorang hanya dipengaruhi oleh pembawaan (nativisme) sebagai lawannya berkembang pula teori yang mengajarkan bahwa perkembangan seseorang hanya ditentukan oleh lingkungannya (empirisme), sebagai sintesisnya dikembangkan teori ketiga yang mengatakan bahwa perkembangan seseorang ditentukan oleh pembawaan dan lingkungannya (konvergensi) Manusia adalah makhluk utuh yang terdiri atas jasmani, akal, dan rohani sebagai potensi pokok, manusia yang mempunyai aspek jasmani, disebutkan dalam surah al Qashash ayat : 77 : “Carilah kehidupan akhirat dengan apa yang dikaruniakan Allah kepadamu tidak boleh melupakan urusan dunia “ 2. Manusia Dalam Pandangan Islam Manusia dalam pandangan Islam mempunyai aspek jasmani yang tidak dapat dipisahkan dari aspek rohani tatkala manusia masih hidup didunia. Manusia mempunyai aspek akal. Kata yang digunakan al Qur’an untuk menunjukkan kepada akal tidak hanya satu macam. Harun Nasution menerangkan ada tujuh kata yang digunakan : 1. Kata Nazara, dalam surat al Ghasiyyah ayat 17 : “Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan” 2. Kata Tadabbara, dalam surat Muhammad ayat 24 : “Maka apakah mereka tidak memperhatikan al Qur’an ataukah hati mereka terkunci?” 3. Kata Tafakkara, dalam surat an Nahl ayat 68 : “Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah : “buatlah sarang-sarang dibukit-bukit, dipohon-pohon kayu, dan ditempattempat yang dibikin manusia”. 4. Kata Faqiha, dalam surat at Taubah 122 : “Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mu’min itu pergi semuanya (kemedan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan diantara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya” 5. Kata Tadzakkara, dalam surat an Nahl ayat 17 : “Maka apakah (Allah) yang menciptakan itu sama dengan yang tidak dapat menciptakan apa-apa? Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran”. 6. Kata Fahima, dalam surat al Anbiya ayat 78 : “Dan ingatlah kisah daud dan Sulaiman, diwaktu keduanya memberikan keputusan mengenai tanaman, karena tanaman itu dirusak oleh kambing-kambing kepunyaan kaumnya. Dan adalah kami menyaksikan keputusan yang diberikan oleh mereka itu”. 7. Kata ‘Aqala, dalam surat al Anfaal ayat 22 : “Sesungguhnya binatang(makhluk) yang seburuk-buruknya pada sisi Allah ialah orang-orang yang pekak dan tuli yang tidak mengerti apa-apa-pun. Manusia mempunyai aspek rohani seperti yang dijelaskan dalam surat al Hijr ayat 29 : “Maka Aku telah menyempurnakan kejadiannya dan meniupkan kedalamnya roh-Ku, maka sujudlah kalian kepada-Nya”. 3. Manusia Sempurna Menurut Islam A. Jasmani Yang sehat Serta Kuat dan Berketerampilan Islam menghendaki agar orang Islam itu sehat mentalnya karena inti ajaran Islam (iman). Kesehatan mental berkaitan erat dengan kesehatan jasmani, karena kesehatan jasmani itu sering berkaitan dengan pembelaan Islam. Jasmani yang sehat serta kuat berkaitan dengan ciri lain yang dikehendaki ada pada Muslim yang sempurna, yaitu menguasai salah satu ketrampilan yang diperlukan dalam mencari rezeki untuk kehidupan. Para pendidik Muslim sejak zaman permulaan - perkembangan Islam telah mengetahui betapa pentingnya pendidikan keterampilan berupa pengetahuan praktis dan latihan kejuruan. Mereka menganggapnya fardhu kifayah, sebagaimana diterangkan dalam surat Hud ayat 37 : “Dan buatlah bahtera itu dibawah pengawasan dan petunjuk wahyu kami, dan jangan kau bicarakan dengan aku tentang orang-orang yang zalim itu karena meeka itu akan ditenggelamkan”. B. Cerdas Serta Pandai Islam menginginkan pemeluknya cerdas serta pandai yang ditandai oleh adanya kemampuan dalam menyelesaikan masalah dengan cepat dan tepat, sedangkan pandai di tandai oleh banyak memiliki pengetahuan dan informasi. Kecerdasan dan kepandaian itu dapat dilihat melalui indikator-indikator sebagai berikut : a) Memiliki sains yang banyak dan berkualitas tinggi. b) Mampu memahami dan menghasilkan filsafat. c) Rohani yang berkualitas tinggi. Kekuatan rohani (tegasnya kalbu) lebih jauh daripada kekuatan akal. Karena kekuatan jasmani terbatas pada objek-objek berwujud materi yang dapat ditangkap oleh indera. Islam sangat mengistemewakan aspek kalbu. Kalbu dapat menembus alam ghaib, bahkan menembus Tuhan. Kalbu inilah yang merupakan potensi manusia yang mampu beriman secara sungguh-sungguh. Bahkan iman itu, menurut al Qur’an tempatnya didalam kalbu. 4. Tujuan Pendidikan Islam Menurut Abdul Fatah Jalal, tujuan umum pendidikan Islam ialah terwujudnya manusia sebagai hamba Allah. Jadi menurut Islam, pendidikan haruslah menjadikan seluruh manusia yang menghambakan kepada Allah. Yang dimaksud menghambakan diri ialah beribadah kepada Allah. Islam menghendaki agar manusia dididik supaya ia mampu merealisasikan tujuan hidupnya sebagaimana yang telah digariskan oleh Allah. Tujuan hidup menusia itu menurut Allah ialah beribadah kepada Allah. Seperti dalam surat a Dzariyat ayat 56 : “ Dan Aku menciptakan Jin dan Manusia kecuali supaya mereka beribadah kepada-Ku”. Jalal menyatakan bahwa sebagian orang mengira ibadah itu terbatas pada menunaikan shalat, shaum pada bulan Ramadhan, mengeluarkan zakat, ibadah Haji, serta mengucapkan syahadat. Tetapi sebenarnya ibadah itu mencakup semua amal, pikiran, dan perasaan yang dihadapkan (atau disandarkan) kepada Allah. Aspek ibadah merupakan kewajiban orang islam untuk mempelajarinya agar ia dapat mengamalkannya dengan cara yang benar. Ibadah ialah jalan hidup yang mencakup seluruh aspek kehidupan serta segala yang dilakukan manusia berupa perkataan, perbuatan, perasaan, pemikiran yang disangkutkan dengan Allah. Menurut al Syaibani, tujuan pendidikan Islam adalah : 1. Tujuan yang berkaitan dengan individu, mencakup perubahan yang berupa pengetahuan, tingkah laku masyarakat, tingkah laku jasmani dan rohani dan kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki untuk hidup di dunia dan di akhirat. 2. Tujuan yang berkaitan dengan masyarakat, mencakup tingkah laku masyarakat, tingkah laku individu dalam masyarakat, perubahan kehidupan masyarakat, memperkaya pengalaman masyarakat. 3. Tujuan profesional yang berkaitan dengan pendidikan dan pengajaran sebagai ilmu, sebagai seni, sebagai profesi, dan sebagai kegiatan masyarakat. Menurut al abrasyi, merinci tujuan akhir pendidikan islam menjadi 1. Pembinaan akhlak. 2. menyiapkan anak didik untuk hidup dudunia dan akhirat. 3. Penguasaan ilmu. 4. Keterampilan bekerja dalam masyrakat. Menurut Asma hasan Fahmi, tujuan akhir pendidikan islam dapat diperinci menjadi : 1. Tujuan keagamaan. 2. Tujuan pengembangan akal dan akhlak. 3. Tujuan pengajaran kebudayaan. 4. Tujuan pembicaraan kepribadian. Menurut Munir Mursi, tujuan pendidikan islam menjadi : 1. Bahagia di dunian dan akhirat. 2. menghambakan diri kepada Allah. 3. Memperkuat ikatan keislaman dan melayani kepentingan masyarakat islam. 4. Akhlak mulia. E. PENUTUP Ilmu dalam perspektif Islam bukan hanya mempelajari masalah keagamaan (akhirat) saja, tapi juga pengetahuan umum juga termasuk. Orang Islam dibekali untuk dunia akhirat, sehingga ada keseimbangan. Dan ilmu umum pun termasuk pada cabang (furu’) ilmu agama. Dan umat Islam sempat merasakan puncak keemasannya, dimana disaat bangsa Eropa mengidap penyakit hitam, umat islam sudah menemukan sabun, di saat jalan-jalan di Eropa kumuh, gelap, tidak teratur, umat islam sudah punya jalan-jalan yang indah, penerangan, bahkan sistem irigasi yang sudah maju. DAFTAR PUSTAKA Ahmad Tafsir., Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam., PT. Remaja Rosdakarya., Bandung, 2001 Nur Uhbiyati., Ilmu Pendidikan Islam., CV. Pustaka Setia., Bandung, 1998

GURU IDEAL

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Dalam keseluruhan proses pendidikan, guru merupakan fakta utama. Dalam tugasnya sebagai pendidik, guru banyak sekali memegang berbagai jenis peranan yang mau tidak mau harus dilaksanakan sebagai seorang guru. Yang dimaksud dengan guru ideal ialah mereka yang berhasil dalam memerankan peranan-peranan itu dengan sebaik-baiknya, yang artinya dapat menunjukkan sesuatu pada tingkah laku yang sesuai dengan jabatannya dan dapat diterima oleh lingkungan dan masyarakatnya.1 Guru mempunyai peranan penting dalam mendidik para siswa. Peranan ini meliputi berbagai jenis pola tingkah laku, baik dalam kegiatannya di dalam sekolah maupun diluar sekolah. B. Rumusan Masalah Pada dasarnya sebagian besar masyarakat Indonesia menganggap bahwa guru yang ideal itu sudah tidak ada lagi. Apa yang menyebabkan hal itu terjadi?, hal itu terjadi karena banyaknya masyarakat yang belum tahu persis tentang guru, mereka menganggap guru hanya sekedar pegawai negeri saja, padahal itu salah sekali. Dengan tidak adanya guru yang ideal kita tidak mungkin menjadi seorang mahasiswa seperti sekarang ini. Oleh karena itu, semua guru adalah guru ideal, tetapi tidak semua guru begitu, ada juga guru yang tidak patut untuk dicontoh. C.Tujuan Penulisan Memenuhi tugas matakuliah Psikologi pendidikan Agar lebih mengetahui tentang sosok guru yang ideal, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi yang membaca. BAB II PEMBAHASAN A.Peran Guru dalam Pendidikan Seorang guru yang kreatif tidak hanya dituntut memiliki keahlian dalam bidang akademik, namun lebih dari itu seorang guru juga dituntut untuk dapat menguasai berbagai teknik yang dapat mendorong rasa keingintahuan sekaligus dapat menumbuhkan rasa percaya diri dan harga diri setiap siswanya. Guru harus dapat memberikan dorongan pada saat siswa membutuhkannya dan memberikan keyakinan kepada siswanya pada saat dia merasa harga dirinya terancam. Dalam melaksanakan proses pembelajaran, seorang guru harus dapat menjaga keseimbangan antara struktur pembelajaran dengan kesempatan pengembangan diri siswa, antara pengelolaan kelompok (management of groups) dengan perhatian terhadap perbedaan individual siswanya.2 Untuk menjadi guru kreatif memang bukan hal yang mudah. Banyak hal-hal yang harus diperhatikan oleh seorang guru. Tentunya juga banyak faktor yang menyebabkan mereka menjadi kurang dan bahkan tidak kreatif, baik yang bersumber dari dalam diri guru itu sendiri (internal factors) maupun faktor eksternal. Oleh karena itu, agar guru dapat menjadi kreatif perlu diperhatikan berbagai faktor yang mempengaruhi dan melatarbelakanginya. Kepemimpinan di sekolah merupakan salah satu faktor yang tidak bisa dilepaskan dalam mengembangkan kreativitas guru maupun kreativitas sekolah secara keseluruhan. Fred Luthans (1995) mengemukakan bahwa kreativitas merupakan salah satu keterampilan yang harus dikuasai oleh seorang manajer. Dalam hal ini, kepala sekolah dalam hal ini selaku Supervisor bagi guru dituntut untuk dapat menciptakan budaya dan iklim kreativitas di lingkungan sekolah yang mendorong seluruh warga sekolah untuk mengembangkan berbagai kreativitas dalam melaksanakan tugas dan pekerjaannya. Kepala sekolah harus dapat memberikan penghargaan kepada sertiap usaha kreatif yang dilakulan oleh anggotanya, terutama usaha kreatif yang dilakukan oleh guru dan siswa dalam melaksanakan pembelajaran. Kepala sekolah juga dituntut untuk dapat menyediakan sumber-sumber bagi pertumbuhan kreativitas di sekolah. 3 Berdasarkan uraian di atas, kiranya dapat disimpulkan bahwa siswa yang kreatif dapat dihasilkan melalui guru yang kreatif, dan guru yang kreatif dapat dihasilkan melalui kepala sekolah yang kreatif. Dan antara kepala sekolah, guru dan siswa harus saling mendudkung. Siswa yang kreatif merupakan aset yang sangat berharga bagi kehidupan diri pribadinya maupun orang lain. B. Guru yang Ideal ditinjau dari Pendekatan Psikologis Guru dalam menjalankan perannya sebagai pembimbing, pendidik dan pelatih bagi para peserta didiknya, tentunya dituntut memahami tentang berbagai aspek perilaku dirinya maupun perilaku orang-orang yang terkait dengan tugasnya, terutama perilaku peserta didik dengan segala aspeknya, sehingga dapat menjalankan tugas dan perannya secara efektif, yang pada gilirannya dapat memberikan kontribusi nyata bagi pencapaian tujuan pendidikan di sekolah. Di sinilah arti penting Psikologi Pendidikan bagi guru. Penguasaan guru tentang psikologi pendidikan merupakan salah satu kompetensi yang harus dikuasai guru, yakni kompetensi paedagogik. Muhibbin Syah (2003) mengatakan bahwa “diantara pengetahuan-pengetahuan yang perlu dikuasai guru dan calon guru adalah pengetahuan psikologi terapan yang erat kaitannya dengan proses belajar mengajar peserta didik” 4 Dengan memahami psikologi pendidikan, seorang guru melalui pertimbangan – pertimbangan psikologisnya adalah sebagi berikut : a. Bidang Peningkatan mutu pendidikan 1.Merumuskan tujuan pembelajaran secara tepat. Dengan memahami psikologi pendidikan yang memadai diharapkan guru akan dapat lebih tepat dalam menentukan bentuk perubahan perilaku yang dikehendaki sebagai tujuan pembelajaran. Misalnya, dengan berusaha mengaplikasikan pemikiran Bloom tentang taksonomi perilaku individu dan mengaitkannya dengan teori-teori perkembangan individu. 2.Memilih strategi atau metode pembelajaran yang sesuai. Dengan memahami psikologi pendidikan yang memadai diharapkan guru dapat menentukan strategi atau metode pembelajaran yang tepat dan sesuai, dan mampu mengaitkannya dengan karakteristik dan keunikan individu, jenis belajar dan gaya belajar dan tingkat perkembangan yang sedang dialami siswanya. 3.Memberikan bimbingan atau bahkan memberikan konseling. Tugas dan peran guru, di samping melaksanakan pembelajaran, juga diharapkan dapat membimbing para siswanya. Dengan memahami psikologi pendidikan, tentunya diharapkan guru dapat memberikan bantuan psikologis secara tepat dan benar, melalui proses hubungan interpersonal yang penuh kehangatan dan keakraban. 4.Memfasilitasi dan memotivasi belajar peserta didik. Memfasilitasi artinya berusaha untuk mengembangkan segenap potensi yang dimiliki siswa, seperti bakat, kecerdasan dan minat. Sedangkan memotivasi dapat diartikan berupaya memberikan dorongan kepada siswa untuk melakukan perbuatan tertentu, khususnya perbuatan belajar. Tanpa pemahaman psikologi pendidikan yang memadai, tampaknya guru akan mengalami kesulitan untuk mewujudkan dirinya sebagai fasilitator maupun motivator belajar siswanya. 5.Menciptakan iklim belajar yang kondusif. Efektivitas pembelajaran membutuhkan adanya iklim belajar yang kondusif. Guru dengan pemahaman psikologi pendidikan yang memadai memungkinkan untuk dapat menciptakan iklim sosio-emosional yang kondusif di dalam kelas, sehingga siswa dapat belajar dengan nyaman dan menyenangkan. 6.Berinteraksi secara tepat dengan siswanya. Pemahaman guru tentang psikologi pendidikan memungkinkan untuk terwujudnya interaksi dengan siswa secara lebih bijak, penuh empati dan menjadi sosok yang menyenangkan di hadapan siswanya. 7.Menilai hasil pembelajaran yang adil. Pemahaman guru tentang psikologi pendidikan dapat mambantu guru dalam mengembangkan penilaian pembelajaran siswa yang lebih adil, baik dalam teknis penilaian, pemenuhan prinsip-prinsip penilaian maupun menentukan hasil penilaian. 5 b. Bidang Peningkatan ProfesionalismePribadi 1. Secara terus menerus meningkatkan dan mengembangkan Profesionalismenya Seorang guru harus secara terus menerus meningkatkan profesionalismenya dengan cara meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dimilikinya dengan cara formal maupun informal untuk memberikan atau meningkatkan pelayanan secara optimal kepada peserta didiknya. Artinya guru mengikuti berbagai pendidikan lanjutan atau kursus yang sesuai dengan bidang tugas, keinginan, waktu, dan kemampuannya. Secara informal guru dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya melalui mass media seperti televisi, radio, majalah ilmiah, koran, internet dan sebagainya, atau pun membaca buku teks dan pengetahuan lainnya yang cocok dengan bidangnya. 2. Berusaha meningkatkan segala daya dan usaha dalam rangka pencapaian secara optimal pelayanan pendidikan yang akan diberikan kepada para peserta didik. 3. Komitmen dengan pekerjaannya Jika seseorang telah menentukan karier pilihannya, sudah sepantasnya akan mencintai pekerjaannya dengan penuh komitmen dan dengan sepenuh hati Artinya, ia akan berbuat apa pun agar kariernya berhasil baik, ia berkomitmen dengan pekerjaannya. Ia harus mau dan mampu melaksanakan tugasnya serta mampu melayani dengan baik 4.Memberikan Suri tauladan terhdapa peserta didik Guru harus merupakan figur yang dapat dicontoh oleh murid-muridnya, sebab akan menjadi teladan bagi murid-muridnya. Usaha penanaman nilai-nilai kehidupan melalui pendidikan tidak akan berhasil, kecuali jika peranan guru tidak hanya sekedar komunikator nilai, melainkan sekaligus sebagai pelaku nilai yang menuntut adanya rasa tanggung jawab dan kemampuan dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang utuh. Sebab salah satu bagian terpenting dari kegiatan pendidikan adalah memberikan teladan. Oleh karena itu dalam memberikan ilmu kepada muridnya, seorang guru dituntut untuk memiliki kejujuran dengan menerapkan apa yang diajarkan dalam kehidupan pribadinya. Dengan kata lain, seorang guru harus konsekuen serta konsisten dalam menjaga keharmonisan antara ucapan, larangan, dan perintah dengan amal perbuatannya sendiri. Selain itu, sebagai teladan, guru harus memiliki kepribadian yang dapat dijadikan profil dan idola, seluruh kehidupannya adalah figur yang paripurna. Itulah kesan terhadap guru sebagai sosok yang ideal. Sedikit saja guru berbuat yang tidak baik atau kurang baik, akan mengurangi kewibawaannya dan kharisma pun secara perlahan lebur dari jati diri. 6 Dari uraian di atas maka akan timbul pertanyaan, bagaimana dengan guru yang ada di indonesia, apakah sudah ideal ataukah belum ? jika kriteria-kriteria sebagaimana tersebut di atas sudah dapat terpenuhi maka dapat dikatakan guru – guru yang ada di Indonesia sudah ideal. Sebagaimana disebutkan di awal makalah tadi bahwa semua guru adalah ideal jika tidak maka kita tidak akan bisa seperti saat sekarang ini, akan tetapi ”tidak semuanya” ideal. Masih banyak guru-guru yang harus terus dan terus meningkatkan profsionalismenya sebagai seorang guru hal ini dikarenakan terus berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Jika seorang guru tidak mengikuti perkembangan zaman maka guru tersebut akan ketinggalan zaman. Lalu bagaimana dengan guru yang kurang ideal dan tidak mau tahu tentang pentingnya peningkatan profesi guru ? hal ini dapat kita tinjau kembali dari psikologis dasar guru itu sendiri apakah di dalam dirinya masih ada motivasi untuk berkembang atau tidak. Karena motivasi itu juga merupakan konsep penting bagi seorang guru. Jika seorang guru mulai melupakan sendi-sendi penting pendidikan maka guru tersebut akan kehilangan komitmen dan motivasi untuk memberikan pelayanan terbaik kepada peserta didik. Hal ini juga bisa disebabkan oleh beberapa hal. Maka yang bertanggungjawab penuh atas guru tersebut adalah supervisor pendidikan. Sudah selayaknya para guru berintrospeksi diri atas komitmen dan motivasi yang ada dalam dirinya. Sudah ideal ataukah belum menjadi tuntutan publik. Jika memang merasa kurang ideal maka harus terus menerus meningkatkan pengetahuan dan ketrampilannya. Diharapkan setiap guru menjadi ideal dan profesional demi meningkatkan dan mencapai tujuan pendidikan sebagaimana diharapkan bangsa Indonesia yang tertuang dalam Undang-Undang. BAB III SIMPULAN Dari apa yang telah diterangkan di atas maka dapat diambil kesimpulan – kesimpulan sebagai berikut : 1.Seorang guru memiliki peranan penting dalam menumbuhkembangkan pendidikan peserta didiknya yang mampu menjadi sosok atau figur yang dapat mengontrol baggi siswanya. 2.Guru mempunyai peranan penting dalam mendidik para siswa. Peranan ini meliputi berbagai jenis pola tingkah laku, baik dalam kegiatannya di dalam sekolah maupun diluar sekolah. 3.Guru yang ideal yaitu guru yang mampu memberikan rasa nyaman dan aman kepada siswanya dalam proses belajar mengajar, sehingga siswa dengan keberadaan guru yang ideal diharapkan mampu mengoptimalkan segala bakat dan kemampuan siswa. 4.Guru yang ideal adalah guru yang terus menerus meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan serta profesionalisme yang dibutuhkan. 5.Seorang guru harus dapat memberikan suri tauladan kepada peserta didik baik dalam sosial kemasyarakatan maupun dalam perilaku dan sikap. DAFTAR PUSTAKA http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/02/02/psikologi-pendidikan-dan-guru/ Mulyadi Sri Kamulyan, Kemampuan Dasar Mengajar dalam Pembelajaran (Surakarta, Rahajeng, 2005) hal 27 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru, (Bandung, Sinar Baru, 2003) http://www.acehinstitute.org/opini_zahrila_aktualisi_pendidikan.htm

ORANG TUA SEBAGAI PENDIDIK

KATA PENGANTAR Segala puji syukur senantiasa terpanjat hanya kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala nikmat, karunia, rahmat, hidayah, serta taufiq-Nya kepada kita semua, sehingga dengan limpahan yang telah diberikan, kami dapat menyelesaikan penulisan maskalah Ilmu Pendidikan Islam ini tanpa ada suatu halangan apapun.. Tiada gading yang tak retak begitupun demikian dalam penulisan makalah ini juga tak luput dari kesalahan serta kekurangan. Oleh sebab itu kritik dan saran serta masukan yang sifatnya membangun akan kami terima dengan penuh lapang dada. Diakui ataupun tidak semua itu semata-mata hanya karena kekurangan kami dalam penulisan makalah ini. Semoga apa yang kami sajikan dapat memberikan sedikit pengetahuan dan atas segala masukan yang diberikan kepada kami kami hanya bisa mengucapkan terima kasih. Penulis, BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah sesuatu yang mutlak bagi manusia, karena dengan pendidikan itulah manusia akan mampu mengembangkan potensi diri. Pendidikan adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak tersebut agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya. Dengan demikian dalam proses pendidikan peserta didik diperlukan dukungan dari semua pihak , baik dari guru, orang tua, fasilitas, kesempatan, kurikulum, metode dan lain sebagainya. Dalam makalah ini penulis akan mencoba mendiskripsikan tentang peranan penting orang tua dalam pendidikan si anak, terlebih khusus dalam pendidikan islam yang ditinjau dari berbagai aspek. Salah satu peranan orang tua dalam pendidikan anak adalah pengawasan yang terus menerus dilakukan kepada si anak. Karena orang tua memiliki waktu lebih banyak di bandingkan dengan guru atau yang lainnya. Akan tetapi di sini terjadi kesalahkaprahan dimana kadang-kadang orang tua menyerahkan sepenuhnya pendidikan si anak kepada sekolah. B.Rumusan Masalah Ada beberapa aspek permasalahan yang akan penulis coba kemukakan dalam makalah ini antara lain adalah sebagai berikut : 1.Apa saja peranan orang tua kaitannya dengan pendidikan si anak ? 2.Apa yang harus orang tua lakukan untuk si anak ? BAB II PEMBAHASAN A.Peran Orang Tua dalam Pendidikan Anak Rasa cinta kasih orang tua kepada anak tentunya tidak dapat diukur lagi ini merupakan insting yang tak mungkin dapat dihindari. Dan dengan perasaan inilah orang tua mampu untuk bersabar dan memelihara, mengasuh, mendidik dan mengajarkan sesuatu kepada anak. Pendidikan yang dilakukan orang tua terhadap anak ini sangat dibutuhkan karena dalam tumbuh kembang si anak orang tualah yang menjadi sumbunya. Kalau kita ingat pepatah buah jatuh tak jauh dari pohonnya, hal ini mengisyaratkan bahwa anak cenderung akan mengikuti apa-apa yang dilakukan orang tua. Jika dikaitkan dengan pendidikan maka peranan orang tua dalam pendidikan anak sangatlah penting. Memang tidak selamanya si anak berada dalam pangkuan atau pengawasan orang tua , dan pengaruh-pengaruh dari luarpun tetap mempengaruhi tumbuh kembang si anak. Baik lingkungan di masyarakat sekolah ataupun dari lingkungan keluarga itu sendiri, misalnya psikologi si anak akan terpengaruhi ketika orang tua mereka berada dalam posisi broken home. Akan tetapi pendidikan yang ditanamkan orang tua akan tetap menjadi pondasi bagi sang anak. 1 Yang disebut orang tua itu adalah ibu dan ayah, maka masing-masing dari keduannya memiliki tanggungjawab yang sama dalam mendidik si anak. Hadist Rasulullah SAW “ Ibu adalah penggembala di rumahtangganya dan bertanggungjawab atas gembalaannya.” Hal ini mengisyaratkan bahwa pendidikan dalam keluarga haruslah dilakukan oleh keduanya, akan tetapi peran ibu lebih banyak dibandingkan seorang ayah, karena ayah mencari nafkah dan sering berada di luar rumah. Akan tetapi permasalahan yang sering muncul di dalam era saat ini adalah orangtua sering sibuk dengan urusan masing-masing dan sementara si anak tidak mendapat pengawasan yang cukup dari kedua orang tua mereka melainkan hanya mendapatkan dari baby sister atau pembantu mereka. Jika melihat dari segi psikologis tentunya anak akan sangat kurang mendapatkan perhatian dari orang tua. Dan ini adalah hal yang kadang dianggap sepele akan tetapi akan berdampak besar bagi si anak. Karena kurangnya kasih sayang serta perhatian si anak biasanya mereka akan berontak dan meminta perhatian lebih kepada orang tuanya. Apalagi jika dalam hal pendidikan mereka kurang mendapatkan perhatian tentunya akan mengurangi tumbuhkembang potensi si anak. Menurut Zakiah Daradjat dan kawan-kawan tanggungjawab orang tua dalam pendidikan anak kurang lebih adalah sebagai berikut : 1.Memelihara dan membesarkan anak. Ini merupakan bentuk yang paling sederhana dari tanggungjawab orang tua kepada anak yang merupakan insting alami untuk mempertahankan kelangsungan hidup. 2. Pendidikan Akhlak , antara lain dengan menanamkan dan membiasakan kepada anak sifat-sifat terpuji serta menghindarkannya dari sifat-sifat tercela. 3.Pendidikan jasmani, antara lain dengan memperhatikan gizi anak, melatihnya berolahraga, dan mengajarkan cara hidup sehat. 4.Pendidikan Intelektual, antara lain dengan mengajarkan ilmu pengetahuan kepada anak dan memberinya kesempatan untuk menuntut ilmu seluas dan setinggi mungkin. 5.Pendidikan Psikis, dengan menghilangkan perasaan takut, minder, tidak percaya diri, malu, dengaki dan lain-lain. 6.Pendidikan social, antara lain dengan menanamkan penghargaan terhdapa orang lain. 7.Pendidikan Seksual, Menghindarkan anak pada hal-hal yang berbau pornografi. 2 Dari beberapa pendidikan yang diberikan orang tua kepada anak intinya adalah berwawasaan pendidikan manusia seutuhnyameskipun dalam bentuk penanaman dasar. Kaitannya peran orang tua dalam pendidikan anak yang paling diperlukan adalah controlling (pengawasan), bahwasannya anak harus senantiasa dalam pengawasan orang tua. Dalam artian bahwa seandainya orang tua tidak dapat melakukan pengawasan secara langsung, orang tua dapat melakukan pendekatan kepada anak untuk menceritakan hal-hal yang dialaminya seharian. Dengan penanaman kejujuran yang telah diberikan maka orang tua harus mampu memberikan evaluasi kepada anak-anaknya. Akan tetapi sekarang ini tidak sedikit orang tua yang kurang peduli bahkan sama sekali tidak peduli dengan pendidikan si anak dikarenakan sibuk dengan urusan pekerjaannya. B.Orang Tua sebagai Kunci Pendidikan Anak Keberhasilan seorang anak dalam bidang pendidikan tentunya tak luput dari peranan orang tua, bahkan orang tua memiliki andil yang sangat besar dalam pendidikan si anak. Kita ketahui bersama bahwa anak sebagian besar waktunya berada dalam pengawasan orang tua. Sedangkan di sekolah hanya sebagian kecil saja. Di bawah ini adalah beberapa hal yang harus diperhatikan orang tua dalam kaitannya dengan pendidikan si anak : 1.Perhatian Perhatian orang tua kepada anak dalam pendidikan akan menumbuhkan rasa percaya diri, motivasi dan semangat yang luar biasa. 2.Pengawasan Orang tua harus benar-benar memperhatikan dan mengawasi setiap perkembangan si anak. Jika anak mulai menunjukkan hal yang kurang baik maka orang tua segera tahu dan segera melakukan pembenahan dan pembenaran. 3. Motivasi Motivasi orang tua kepada anak mutlak dibutuhkan untuk mendorong anak agar mampu mengoptimalkan segala potensi belajarnya. 4.Fasilitas Seyogyanya orang tua harus memnuhi segala fasilitas yang dibutuhkan anaknya dalam belajar, baik fasilitas fisik maupun non fisik. 5.Suri Tauladan Buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Tingkah laku orang tua akan sangat mempengaruhi pendidikan anak. Maka suri tauladan dari orang tua sangat dibutuhkan. 3 C.Orang Tua dalam Pendidikan Islam Islam telah banyak memberikan contoh-contoh pendidikan bagi anak di dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah. Sebagai contoh adalah Qur’an Surat Luqman yang banyak memberikan pengajaran kepada anak. Dalam QS. At-Tahrim ayat 6 yang artinya “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”4 Setiap orang tua pasti menginginkan keberhasilan dalam pendidikan anak-anaknya Keberhasilan tersebut tentunya tidak akan dapat terwujud tanpa adanya usaha dan peran dari orang tua itu sendiri. Dalam Islam tugas orang tua dalam pendidikan anak sangat besar dan penting karena dengan memberikan pendidikan yang memadahi maka anak akan mampu membedakan mana benar dan mana yang salah sehingga dapat melakukan perbutan yang tidak melanggar norma-norma agama. Sekali lagi ditegaskan di sini selain peran orang tua, dalam pendidikan factor-faktor lain juga memiliki pengaruh yang besar pula seperti lingkungan, jiwa si anak, serta factor lainnya. Akan tetapi yang paling diharapkan adalah penanaman dasar yang diberikan orang tua kepada anak untuk membentengi mereka dari hal-hal yang kurang positif. D.Pendidikan Keluarga dalam Pandangan Islam  Pendidikan keluarga adalah pendidikan yang diproses oleh seseorang di dalam lingkungan rumah tangga atau keluarga. Sistem pendidikan ini merupakan unsur utama dalam pendidikan seumur hidup, terutama karena sifatnya yang tidak memerlukan formalitas waktu, cara, usia, fasilitas, dan sebagainya. Pada dasarnya, masing-masing orang tua adalah orang yang paling bertanggung jawab atas pendidikan bagi anak-anaknya. Mereka tidak hanya berkewajiban mendidik atau menyekolahkan anaknya ke sebuah lembaga pendidikan. Akan tetapi mereka juga diamanati Allah SWT untuk menjadikan anak-anaknya bertaqwa serta taat beribadah sesuai dengan ketentuan yang telah diatur dalam Al-Qur’an dan Hadits.  Jadi, orang tua tidak seharusnya hanya menyerahkan sepenuhnya pendidikan anak-anak mereka kepada pihak lembaga pendidikan atau sekolah, akan tetapi mereka harus lebih memperhatikan pendidikan anak-anak mereka di lingkungan keluarga mereka, karena keluarga merupakan faktor yang utama di dalam proses pembetukan kepribadian sang anak. Hal ini sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Rasulullah yang mana beliau telah berhasil mendidik keluarga, anak-anak, serta para sahabatnya menjadi orang-orang yang sukses dunia-akhirat, walaupun beliau tidak pernah mengikuti jenjang pendidikan formal seperti lembaga-lembaga sekolah.  Peran Pendidikan Islam Dalam Pembentukan Kepribadian Anak dalam Lingkungan Keluarga Pendidikan orang terhadap anak dalam lingkungan keluarga sangat penting, apalagi pada periode pertama dalam kehidupan anak (usia enam tahun pertama). Aisyah Abdurrahman Al Jalal, Al Muatstsirat as Salbiyah, sebagaimana dikutip dalam Al-Hasan, Yusuf M. (2007), yang menyatakan bahwa periode ini merupakan periode yang amat kritis dan paling penting. Periode ini mempunyai pengaruh yang sangat mendalam dalam pembentukan pribadinya. Apapun yang terekam dalam benak anak pada periode ini, nanti akan tampak pengaruh-pengaruhnya dengannyata pada kepribadiannya ketika menjadi dewasa.  Salah satu dasar pentingnya peran orang tua dalam mendidik anak adalah sabda Rasulullah SAW yang menyatakan bahwa setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah. Kedua orang tuanya lah yang menjadikannya nasrani, yahudi atau majusi (HR. Bukhari). Berdasarkan Hadits ini, jelas sekali bahwa anak dilahirkan dalam keadaan suci seperti kertas putih yang belum terkena noda. Anak adalah karunia Allah yang tidak dapat dinilai dengan apa pun. Ia menjadi tempat curahan kasih sayang orang tua. Ia akan berkembang sesuai dengan pendidikan yang diperoleh dari kedua orang tuanya dan juga lingkungan disekitarnya.  Namun sejalan dengan bertambahnya usia sang anak, kadang-kadang muncul persoalan baru. Ketika beranjak dewasa anak dapat menampakkan wajah manis dan santun, penuh berbakti kepada orang tua, berprestasi di sekolah, bergaul dengan baik dengan lingkungan masyarakat di sekelilingnya, tapi di lain pihak dapat pula sebaliknya. Perilakunya kadang-kadang menjadi semakin tidak terkendali, bentuk kenakalan berubah menjadi kejahatan, dan orang tua pun selalu cemas memikirkanya. Maka dalam hal ini, peranan orang tua sangat berpengaruh penting. Jadi, Pentingnya peranan orang tua dalam pendidikan anak ini disebabkan oleh karena pendidikan yang diperoleh anak dari pengalaman sehari-hari dengan sadar pada umumnya tidak teratur dan tidak sistematis.  BAB III SIMPULAN Orang tua memiliki peran yang sangat besar atas pendidikan si anak, karena orang tua adalah pendidikan yang utama bagi si anak selain di pendidikan formal seperti sekolah, pondok pesantren dan lainnya. Setiap orang tua pasti menginginkan keberhasilan dalam pendidikan anak-anaknya Keberhasilan tersebut tentunya tidak akan dapat terwujud tanpa adanya usaha dan peran dari orang tua itu sendiri Orang tua merupakan kunci kesuksesan pendidikan si anak, baik dari segi psikologis dan dari segi fisiologis. Hal ini dikarenakan peran orang tua dalam memberikan penanaman dasar-dasar yang kuat dalam diri si anak sehingga mampu membentengi si anak dan memberikan motivasi yang besar terhadap anak. DAFTAR PUSTAKA Abd Al-Rahman Al-Nahlawi. Prinsip-prinsip dan Metode Pendidikan Islam dalam Keluarga di Sekolah dan di Masyarakat. Bandung: Diponegoro, 1992. http://www.achmadsudrajat/peran+orang+tua+dalam+pendidikan+anak/sev/ Heri Noor Aly, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta, Logos, 1999) hlm. 86 Al-Qur’an dan Terjemahnya oleh Depag R.I. 1994. Semarang: Kumudasmoro Grafindo Al-Hasan, Yusuf M. 2007. Pendidikan Anak Dalam Islam. Artikel diambil dari situs internet: http://wbumuadz.wordpress.com/2007/05/05/pendidikan-anak-dalam-islam/  Departemen Agama. 1985. Al-Qur’an dan Terjemahannya. Jakarta: proyek pengadaan kitab suci Al-Qur’an.  Hafidh A., Ahmad. 2008. Pendidikan dalam Keluarga (bagian keempat). Artikel diambildari situs internet:http://www.alshia.com/html/id/books/Pendidikan Hasbullah. 2001. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan (cetakan kedua). Jakarta: PT. GrafindoPersada.  Hafidh A., Ahmad. 2008. Pendidikan dalam Keluarga. Artikel diambil dari situs internet: http://www.al-shia.com/html/id/books/Pendidikan%20Anak/04.htm# Idris, Zahara. 1981. Dasar-dasar Kependidikan. Jakarata: Angkasa Raya. 

DEFINISIPENDIDIKAN

BAB II PEMBAHASAN A. Definisi Pendidikan Definisi Pendidikan Secara Umum menurut para ahli pendidikan , diantaranya adalah sebagai berikut : Menurut Juhn Dewey, pendidikan adalah suatu proses pembaharuan makna pengalaman, hal ini mungkin akan terjadi di dalam pergaulan biasa atau pergaulan orang dewasa dengan orang muda, mungkin pula terjadi secara sengaja dan dilembagakan untuk untuk menghasilkan kesinambungan social. Proses ini melibatkan pengawasan dan perkembangan dari orang yang belum dewasa dan kelompok dimana dia hidup.(A. Yunus, 1999 : 7) Menurut H. Horne, pendidikan adalah proses yang terus menerus (abadi) dari penyesuaian yang lebih tinggi bagi makhluk manusia yang telah berkembang secara fisik dan mental, yang bebas dan sadar kepada vtuhan, seperti termanifestasi dalam alam sekitar intelektual, emosional dan kemanusiaan dari manusia. (A. Yunus, 1999 : 7) Menurut Frederick J. Mc Donald, pendidkan adalah suatu proses atau kegiatan yang diarahkan untuk merubah tabiat (behavior) manusia. Yang dimaksud dengan behavior adalah setiap tanggapan atau perbuatan seseorang, sesuatu yang dilakukan oleh sesorang. (A. Yunus, 1999 : 7-8) Menurut M.J. Langeveld, pendidikan adalah setiap pergaulan yang terjadi adalah setiap pergaulan yang terjadi antara orang dewasa dengan anak-anak merupakan lapangan atau suatu keadaan dimana pekerjaan mendidik itu berlangsung. (A. Yunus, 1999 ) 1 B. Definisi Pendidikan Menurut Islam Pendidikan Islam itu sendiri adalah pendidikan yang berdasarkan Islam. Isi ilmu adalah teori. Isi ilmu bumi adalah teori tentang bumi. Maka isi Ilmu pendidikan adalah teori-teori tentang pendidikan, Ilmu pendidikan Islam secara lengkap isi suatu ilmu bukanlah hanya teori. 2 Pengertian pendidikan bahkan lebih diperluas cakupannya sebagai aktivitas dan fenomena. Pendidikan sebagai aktivitas berarti upaya yang secara sadar dirancang untuk membantu seseorang atau sekelompok orang dalam mengembangkan pandangan hidup, sikap hidup, dan keterampilan hidup, baik yang bersifat manual (petunjuk praktis) maupun mental, dan sosial sedangkan pendidikan sebagai fenomena adalah peristiwa perjumpaan antara dua orang atau lebih yang dampaknya ialah berkembangnya suatu pandangan hidup, sikap hidup, atau keterampilan hidup pada salah satu atau beberapa pihak, yang kedua pengertian ini harus bernafaskan atau dijiwai oleh ajaran dan nilai-nilai Islam yang bersumber dari al Qur’an dan Sunnah (Hadist). C. Pendidikan dan Pendidikan Islam Sebagaimana definisi di atas bahwa pendidikan das pendidikan Islam pada dasarnya memiliki tujuan yang sama, yaitu untuk membentuk karakter manusia yang sempurna, berakhlaq mulia, bermoral, berprestasi dan mampu berorientasi kepada sesuatu. Dalam pendidikan Islam lebih diutmakan mengenai tentang keagamaan dimana di dalamnya terdapat aturan-aturan atau norma yang jika norma tersebut dilaksanakan dengan baik maka diharapkan manusia akan menjadi makhluk yang dapat mendekatkan diri kepada Tuhannya yaitu Allah SWT. Akan tetapi di dalam konsep pendidikan secara umum juga tidak lepas dari konsep pendidikan Islam dimana di dalamnya juga ditanamkan nilai-nilai keagamaan yang luhur untuk membentuk karakter manusia melalui pendidikan. Dapat dikatakan di sini bahwa hubungan antara pendidikan secara umum dan pendidikan Islam memiliki keterkaitan yang sangat erat, yang sama-sama membentuk karakter manusia melalui pendidikan. Baik secara spiritual maupun secara mental. D. Ruang Lingkup Pendidikan Islam 1. Pendidikan Keimanan “Dan ingatlah ketika Luqman berkata kepada anaknya diwaktu ia memberikan pelajaran kepadanya:”hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesengguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kedzaliman yang nyata.” (Q.S 31:13) Bagaimana cara mengenalkan Allah SWT dalam kehidupan anak? Menciptakan hubungan yang hangat dan harmonis (bukan memanjakan) Jalin hubungan komunikasi yang baik dengan anak, bertutur kata lembut, bertingkah laku positif. Hadits Rasulullah : “cintailah anak-anak kecil dan sayangilah mereka…:” (H.R Bukhari) “Barang siapa mempunyai anak kecil, hendaklah ia turut berlaku kekanak-kanakkan kepadanya.”    (H.R Ibnu Babawaih dan Ibnu Asakir) Menghadirkan sosok Allah melalui aktivitas rutin Seperti ketika kita bersin katakan alhamdulillah. Ketika kita memberikan uang jajan katakan bahwa uang itu titipan Allah jadi harus dibelanjakan dengan baik seperti beli roti. Memanfaatkan momen religious Seperti Sholat bersama, tarawih bersama di bulan ramadhan, tadarus, buka shaum bareng. Memberi kesan positif tentang Allah dan kenalkan sifat-sifat baik Allah Jangan mengatakan “ nanti Allah marah kalau kamu berbohong” tapi katakanlah “ anak yang jujur disayang Allah”. Beri teladan Anak akan bersikap baik jika orang tuanya bersikap baik karena anak menjadikan orang tua model atau contoh bagi kehidupannya. “hai orang-orang yang beriman mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat? Amat besar di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan”.(Q.S 61:2-3) Kreatif dan terus belajar Sejalan dengan perkembangan anak. Anak akan terus banyak memberikan pertanyaan. Sebagai orang tua tidak boleh merasa bosan dengan pertanyaan anak malah kita harus dengan bijaksana menjawab segala pertanyaannya dengan mengikuti perkembangan anak. 2. Pendidikan Akhlak Hadits dari Ibnu Abas Rasulullah bersabda: “… Akrabilah anak-anakmu dan didiklah akhlak mereka.” Rasulullah saw bersabda: ”Suruhlah anak-anak kamu melakukan shalat ketika mereka telah berumur tujuh tahun dan pukullah mereka kalau meninggalkan ketika mereka berumur sepuluh tahun, dan pisahkan tempat tidur mereka.” (HR. Abu Daud) Bagaimana cara megenalkan akhlak kepada anak : Penuhilah kebutuhan emosinya Dengan mengungkapkan emosi lewat cara yang baik. Hindari mengekspresikan emosi dengan cara kasar, tidak santun dan tidak bijak. Berikan kasih saying sepenuhnya, agar anak merasakan bahwa ia mendapatkan dukungan. Hadits Rasulullah : “ Cintailah anak-anak kecil dan sayangilah mereka …:” (H.R Bukhari) Memberikan pendidikan mengenai yang haq dan bathil “Dan janganlah kamu campur adukan yang haq dengan yang bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang haq itu, sedang kamu mengetahui .”(Q.S 2:42) Seperti bahwa berbohong itu tidak baik, memberikan sedekah kepada fakir miskin itu baik. Memenuhi janji Hadits Rasulullah :”…. Jika engkau menjanjikan sesuatu kepada mereka, penuhilah janji itu. Karena mereka itu hanya dapat melihat, bahwa dirimulah yang memberi rizki kepada mereka.” (H.R Bukhari) Meminta maaf jika melakukan kesalahan Meminta tolong/ mengatakan tolong jika kita memerlukan bantuan. Mengajak anak mengunjungi kerabat 3. Pendidikan intelektual Menurut kamus Psikologi istilah intelektual berasal dari kata intelek yaitu proses kognitif/berpikir, atau kemampuan menilai dan mempertimbangkan. Pendidikan intelektual ini disesuaikan dengan kemampuan berpikir anak. Menurut Piaget seorang Psikolog yang membahas tentang teori perkembangan yang terkenal juga dengan Teori Perkembangan Kognitif mengatakan ada 4 periode dalam perkembangan kognitif manusia, yaitu: Periode 1, 0 tahun – 2 tahun (sensori motorik) Mengorganisasikan tingkah laku fisik seperti menghisap, menggenggam dan memukul pada usia ini cukup dicontohkan melalui seringnya dibacakan ayat-ayat suci al-Quran atau ketika kita beraktivitas membaca bismillah. Periode 2, 2 tahun – 7 tahun (berpikir Pra Operasional) Anak mulai belajar untuk berpikir dengan menggunakan symbol dan khayalan mereka tapi cara berpikirnya tidak logis dan sistematis. Seperti contoh nabi Ibrahim mencari Robbnya. Periode 3, 7 tahun- 11 tahun (Berpikir Kongkrit Operasional) Anak mengembangkan kapasitas untuk berpikir sistematik Contoh : Angin tidak terlihat tetapi dapat dirasakan begitu juga dengan Allah SWT tidak dapat dilihat tetapi ada ciptaannya. Periode 4, 11 tahun- Dewasa (Formal Operasional) Kapasitas berpikirnya sudah sistematis dalam bentuk abstrak dan konsep 4. Pendidikan fisik Dengan memenuhi kebutuhan makanan yang seimbang, memberi waktu tidur dan aktivitas yang cukup agar pertumbuhan fisiknya baik dan mampu melakukan aktivitas seperti yang disunahkan Rasulullah “ Ajarilah anak-anakmu memanah, berenang dan menunggang kuda.” (HR. Thabrani) 5. Pendidikan Psikis “Dan janganlah kamu bersifat lemah dan jangan pula berduka cita, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi derajatnya, jika kamu benar-benar orang yang beriman.” (QS. 3:139) Memberikan kebutuhan emosi, dengan cara memberikan kasih saying, pengertian, berperilaku santun dan bijak. Menumbuhkan rasa percaya diri Memberikan semangat tidak melemahkan 1.3.Definisi Pendidikan Menurut Perspektif Nasional Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu upaya pedagogis untuk menstranfer sejumlah nilai yang dianut oleh masyarakat suatu bangsa kepada sejumlah subjek didik melalui proses pembelajaran. Sistem nilai tersebut tertuang dalam sistem pendidikan yang dirumuskan dalam dasar-dasar pandangan hidup bangsa itu. Rumusan pandangan hidup tersebut kemudian dituangkan dalam Undang-Undang Dasar dan perundang-undangan. Dalam Undang-Undang Dasar dan perundang-undangan itu pandangan filosofis suatu bangsa di antaranya tercermin dalam sistem pendidikan yang dijalankan. Bagi bangsa Indonesia, pandangan filosofis mengenai pendidikan dapat dilihat pada tujuan nasional sebagaimana termaktub dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 paragraf keempat. Secara umum tujuan pendidikan nasional adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Kemudian secara terperinci dipertegas lagi dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional BAB II TUJUAN PENDIDIKAN 2.1. Tujuan Pendidikan Pancasila Rumusan formal konstitusional dalam UUD 1945 maupun dalam GBHN dan Undang-Undang Kependidikan lainnya yang berlaku adalah tujuan normative GBHN 1983 merumuskan tujuan pendidikan nasional sebagai berikut : “Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila bertujuan untuk meningkatkan ketakwaan tarhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan dan keterampilan , mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah air, agar dapat menumbuhkan manusia-manusia pembangunan dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa (A. Yunus, 1998 : 165) 2.2. Tujuan Umum Pendidikan Manusia a. Hakikat manusia menurut Islam Manusia adalah makhluk (ciptaan) Tuhan, hakikat wujudnya bahwa manusia adalah mahkluk yang perkembangannya dipengaruhi oleh pembawaan dan lingkungan. Dalam teori pendidikan lama, yang dikembangkan didunia barat, dikatakan bahwa perkembangannya seseorang hanya dipengaruhi oleh pembawaan (nativisme) sebagai lawannya berkembang pula teori yang mengajarkan bahwa perkembangan seseorang hanya ditentukan oleh lingkungannya (empirisme), sebagai sintesisnya dikembangkan teori ketiga yang mengatakan bahwa perkembangan seseorang ditentukan oleh pembawaan dan lingkungannya (konvergensi) Manusia adalah makhluk utuh yang terdiri atas jasmani, akal, dan rohani sebagai potensi pokok, manusia yang mempunyai aspek jasmani, disebutkan dalam surah al Qashash ayat : 77 : “Carilah kehidupan akhirat dengan apa yang dikaruniakan Allah kepadamu tidak boleh melupakan urusan dunia “ b. Manusia Dalam Pandangan Islam Manusia dalam pandangan Islam mempunyai aspek jasmani yang tidak dapat dipisahkan dari aspek rohani tatkala manusia masih hidup didunia. Manusia mempunyai aspek akal. Kata yang digunakan al Qur’an untuk menunjukkan kepada akal tidak hanya satu macam. Harun Nasution menerangkan ada tujuh kata yang digunakan : 1. Kata Nazara, dalam surat al Ghasiyyah ayat 17 : “Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan” 2. Kata Tadabbara, dalam surat Muhammad ayat 24 : “Maka apakah mereka tidak memperhatikan al Qur’an ataukah hati mereka terkunci?” 3. Kata Tafakkara, dalam surat an Nahl ayat 68 : “Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah : “buatlah sarang-sarang dibukit-bukit, dipohon-pohon kayu, dan ditempat-tempat yang dibikin manusia”. 4. Kata Faqiha, dalam surat at Taubah 122 : “Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mu’min itu pergi semuanya (kemedan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan diantara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya” 5. Kata Tadzakkara, dalam surat an Nahl ayat 17 : “Maka apakah (Allah) yang menciptakan itu sama dengan yang tidak dapat menciptakan apa-apa? Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran”. 6. Kata Fahima, dalam surat al Anbiya ayat 78 : “Dan ingatlah kisah daud dan Sulaiman, diwaktu keduanya memberikan keputusan mengenai tanaman, karena tanaman itu dirusak oleh kambing-kambing kepunyaan kaumnya. Dan adalah kami menyaksikan keputusan yang diberikan oleh mereka itu”. 7. Kata ‘Aqala, dalam surat al Anfaal ayat 22 : “Sesungguhnya binatang(makhluk) yang seburuk-buruknya pada sisi Allah ialah orang-orang yang pekak dan tuli yang tidak mengerti apa-apa-pun. Manusia mempunyai aspek rohani seperti yang dijelaskan dalam surat al Hijr ayat 29 : “Maka Aku telah menyempurnakan kejadiannya dan meniupkan kedalamnya roh-Ku, maka sujudlah kalian kepada-Nya”. 3. Manusia Sempurna Menurut Islam - Jasmani Yang sehat Serta Kuat dan Berketerampilan Islam menghendaki agar orang Islam itu sehat mentalnya karena inti ajaran Islam (iman). Kesehatan mental berkaitan erat dengan kesehatan jasmani, karena kesehatan jasmani itu sering berkaitan dengan pembelaan Islam. Jasmani yang sehat serta kuat berkaitan dengan ciri lain yang dikehendaki ada pada Muslim yang sempurna, yaitu menguasai salah satu ketrampilan yang diperlukan dalam mencari rezeki untuk kehidupan. Para pendidik Muslim sejak zaman permulaan – perkembangan Islam telah mengetahui betapa pentingnya pendidikan keterampilan berupa pengetahuan praktis dan latihan kejuruan. Mereka menganggapnya fardhu kifayah, sebagaimana diterangkan dalam surat Hud ayat 37 : “Dan buatlah bahtera itu dibawah pengawasan dan petunjuk wahyu kami, dan jangan kau bicarakan dengan aku tentang orang-orang yang zalim itu karena meeka itu akan ditenggelamkan”. - Cerdas Serta Pandai Islam menginginkan pemeluknya cerdas serta pandai yang ditandai oleh adanya kemampuan dalam menyelesaikan masalah dengan cepat dan tepat, sedangkan pandai di tandai oleh banyak memiliki pengetahuan dan informasi. Kecerdasan dan kepandaian itu dapat dilihat melalui indikator-indikator sebagai berikut : a) Memiliki sains yang banyak dan berkualitas tinggi. b) Mampu memahami dan menghasilkan filsafat. c) Rohani yang berkualitas tinggi. Kekuatan rohani (tegasnya kalbu) lebih jauh daripada kekuatan akal. Karena kekuatan jasmani terbatas pada objek-objek berwujud materi yang dapat ditangkap oleh indera. Islam sangat mengistemewakan aspek kalbu. Kalbu dapat menembus alam ghaib, bahkan menembus Tuhan. Kalbu inilah yang merupakan potensi manusia yang mampu beriman secara sungguh-sungguh. Bahkan iman itu, menurut al Qur’an tempatnya didalam kalbu. 2.3. Tujuan Pendidikan Islam (Khusus) Menurut Abdul Fatah Jalal, tujuan umum pendidikan Islam ialah terwujudnya manusia sebagai hamba Allah. Jadi menurut Islam, pendidikan haruslah menjadikan seluruh manusia yang menghambakan kepada Allah. Yang dimaksud menghambakan diri ialah beribadah kepada Allah. Islam menghendaki agar manusia dididik supaya ia mampu merealisasikan tujuan hidupnya sebagaimana yang telah digariskan oleh Allah. Tujuan hidup menusia itu menurut Allah ialah beribadah kepada Allah. Seperti dalam surat a Dzariyat ayat 56 : “ Dan Aku menciptakan Jin dan Manusia kecuali supaya mereka beribadah kepada-Ku”. Jalal menyatakan bahwa sebagian orang mengira ibadah itu terbatas pada menunaikan shalat, shaum pada bulan Ramadhan, mengeluarkan zakat, ibadah Haji, serta mengucapkan syahadat. Tetapi sebenarnya ibadah itu mencakup semua amal, pikiran, dan perasaan yang dihadapkan (atau disandarkan) kepada Allah. Aspek ibadah merupakan kewajiban orang islam untuk mempelajarinya agar ia dapat mengamalkannya dengan cara yang benar. Ibadah ialah jalan hidup yang mencakup seluruh aspek kehidupan serta segala yang dilakukan manusia berupa perkataan, perbuatan, perasaan, pemikiran yang disangkutkan dengan Allah. Menurut al Syaibani, tujuan pendidikan Islam adalah : 1. Tujuan yang berkaitan dengan individu, mencakup perubahan yang berupa pengetahuan, tingkah laku masyarakat, tingkah laku jasmani dan rohani dan kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki untuk hidup di dunia dan di akhirat. 2. Tujuan yang berkaitan dengan masyarakat, mencakup tingkah laku masyarakat, tingkah laku individu dalam masyarakat, perubahan kehidupan masyarakat, memperkaya pengalaman masyarakat. 3. Tujuan profesional yang berkaitan dengan pendidikan dan pengajaran sebagai ilmu, sebagai seni, sebagai profesi, dan sebagai kegiatan masyarakat. Menurut al abrasyi, merinci tujuan akhir pendidikan islam menjadi 1. Pembinaan akhlak. 2. menyiapkan anak didik untuk hidup dudunia dan akhirat. 3. Penguasaan ilmu. 4. Keterampilan bekerja dalam masyrakat. Menurut Asma hasan Fahmi, tujuan akhir pendidikan islam dapat diperinci menjadi : 1. Tujuan keagamaan. 2. Tujuan pengembangan akal dan akhlak. 3. Tujuan pengajaran kebudayaan. 4. Tujuan pembicaraan kepribadian. Menurut Munir Mursi, tujuan pendidikan islam menjadi : 1. Bahagia di dunia dan akhirat. 2. menghambakan diri kepada Allah. 3. Memperkuat ikatan keislaman dan melayani kepentingan masyarakat islam. 4. Akhlak mulia. BAB III KESIMPULAN Dari pembahasan diatas, maka dapat penulis simpulkan bahwa tujuan pendidikan islam pada intinya adalah : terwujudnya manusia sebagai hamba Allah. Jadi menurut Islam, pendidikan haruslah menjadikan seluruh manusia yang menghambakan kepada Allah. Yang dimaksud menghambakan diri ialah beribadah kepada Allah. Wallahu A’lam Bish-shawab DAFTAR PUSTAKA Ahmad Tafsir., Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam., PT. Remaja Rosdakarya., Bandung, 2001 Nur Uhbiyati., Ilmu Pendidikan Islam., CV. Pustaka Setia., Bandung, 1998 Ahmad Hanafi, M.A., Pengantar Filsafat Islam, Cet. IV, Bulan Bintang, Jakarta, 1990. Prasetya, Drs., Filsafat Pendidikan, Cet. II, Pustaka Setia, Bandung, 2000 Abuddin Nata, M.A., Filsafat Pendidikan Islam, Cet. I, Logos Wacana Ilmu, Jakarta, 1997 Zuhairini. Dra, dkk., Filsafat Pendidikan Islam, Cet.II, Bumi Aksara, Jakarta, 1995. Ali Saifullah H.A., Drs., Antara Filsafat dan Pendidikan, Usaha Nasional, Surabaya, 1983. Tilaar, Prof. Dr., 2004, Manajemen Pendidikan Nasional, PT. Remaja Rosdakarya., Bandung H. A. Yunus, Drs., S.H., MBA. Filsafat Pendidikan, CV. Citra Sarana Grafika. Bandung. 1999.